Kekristenan di Sumatera Utara merupakan komunitas keagamaan terbesar dan secara jumlah, Sumatera Utara adalah Nomor dua dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam sensus penduduk pada tahun 2010; pemeluk agama Kristen di Sumatera Utara sebanyak 4.025.737 jiwa atau 31,01% dari 12.982.2024 jiwa.
Sejarah Penyebaran Injil ke suku Batak.
Sebelum penyebaran agama Kristen, Masyarakat Batak menganut system kepercayaan yang merupakan campuran kepercayaan yang merupakan Animisme, Hindu dan Magi . Masyarakat Batak mempercayai Yang Maha Kuasa yang dikenal dengan nama Debata Asiasi yang menciptakan seluruh alam semesta.
Debata Asiasi memerintahkan ketiga anaknya untuk mengatur dunia yaitu ; Anak Pertama; Batara Guru yang merupakan Dewa Keadilan . Yang Kedua; Soripada merupakan Dewa Belas Kasihan. Dan yang ketiga; Mangala Bulan, merupakan Dewa Sumber Kejahatan.
Ketiga Dewa ini tidak langsung memimpin karena mempercayakan pemerintahan kepada para delegasi yang dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu; Debata di Ginting (Dewa Atas), Debata di Toru (Dewa Bawah) dan Debata Dos Tonga (Dewa Tengah). Selain para Dewa, Masyarakat Batak percaya juga terhadap Penunggu. Hamper semua roda kehidupan orang Batak dikuasai oleh aturan-aturan adat yang kuat. Sejak mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa, menikah, memiliki anak hingga meninggal harus ritual-ritual adat di jalankan.
Masuknya Penginjil ke tanah Batak.
Pada tahun 1820 an, tiga Misionaris dari Baptist Missionary Society yaitu ; Nathan Ward, Evans dan Richard Burton di kirim ke Bungkulu untuk menemui Thomas Stamford Raffles. Sebelum bertugas di Sumatera, mereka bertiga bertugas di Bengkulu, Sibolga dan Padang. Mereka melanjutkan ke pesisir Tapanuli dan dari situ menuju ke Utara yaitu; Silindung (Batak Toba). Mulai tahun 1860 an daerah tiu dimasuki oleh Perusahaan-perusahaan Perkebunan (Tembakau) dan sejak tahun 1890 oleh perusahaan minyak.
Munculnya kota-kota besar, kehidupan Sosial tidak ladi semata-mata ditentukan oleh hubungan darah. Daerah pedalaman Sumatera Utara adalah Danau Toba yang didiami oleh Batak Karo yang serumpun dengan Batak Batak Toba.
Akibat gangguan yang dialami oleh pemilik Perkebunan, maka berlangsunglah peristiwa yang unik dalam Sejarah Pekabaran Injil, Direksi salah satu PT Perkebunan yang Besar meminta NZG agar mengutus seorang Pekabar Injil kepada orang Karo supaya mereka dijinakkan. PT akan Menanggung seluruh biayanya. Namun NZG enggan menerima tawaran itu, karena sadar bahwa karya Pekabaran Injil dan Kepentingan kaum pemodal seharunya tidak dicampur adukkan.
Karena merasa Kesempatan membawa Injil ke Tanah Karo itu penting, maka NZG harus menerima karena butuh biaya.