Lihat ke Halaman Asli

Pasangan Jokowi-Ahok Pasti "Menang" di Pilgub DKI

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini tidak bermaksud mendahului kehendak politik pemilih Jakarta, apalagi takdir Tuhan atas Gubernur terpilih nantinya. Sebelum hasil penghitungan resmi dikeluarkan untuk menentukan pemenang Pilgub DKI, sejatinya pemenangnya sudah dapat terpilih. Pemenang bukan dalam pengertian bahwa pasangan Jokowi-Ahok akan menjadi Gubernur DKI terpilih, bahwa kehadiran pasangan tersebut mampu menyita perhatian, tidak hanya warga DKI atau daerah penyangga DKI, melainkan semua pasang mata di Republik ini melihat ke hasil pilgub tanggal 20 September 2012 nanti. Tulisan ini juga tidak bermaksud untuk mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya, atau mengkampanye-kan pasangan tersebut di masa tenang.

Kemenangan Jokowi-Ahok adalah keberhasilan mereka dalam menyita perhatian khalayak. Tampil bukan dengan jargon, tetapi dengan busana (fashion). Kotak-kotak menginisiasi trend fashion. Dilain sisi yang menonjol dari pasangan Foke-Nara adalah kumis lebat yang melintang. Dan tidak ada pendukung Foke-Nara yang mengambil sikap untuk berkumis atau minimal mengecat agar mirip kumis seperti dilakukan pelawak Jojon sebagai identitas panggung beliau.

Selanjutnya, kemenangan Jokowi-Ahok adalah berhembusnya isu SARA. Meski menjadi obyek serangan politik per-SARA-an, namun dengan tidak melihat pasangan tersebut maka terdapat pelajaran berharga bagi perkembangan dan perjalanan demokrasi Indonesia ke depan. Bahwa  SARA menjadi amunisi politik untuk menjatuhkan pihak lawan politik dengan tujuan bisa menarik dukungan pemilih yang pertimbangan pilihan politik didasarkan pada SARA. Kemenangan Gubernur terpilih nanti apabila bukan Jokowi-Ahok, bukan kemenangan yang rengkuh pasangan Foke-Nara melainkan kemenangan sentimen politik yang menjadi basis dukungan terhadap Foke-Nara. Meski pernyataan ini bersifat hipotesis, namun maraknya guliran isu SARA yang dilontarkan oleh notabene tidak diakui sebagai tim sukses Foke-Nara dapat menjadi indikator bahwa ada strategi politik pemenangan Pilgub dengan menghembuskan pilihan politik yang didasarkan pada SARA.

Kemenangan Jokowi-Ahok yang lain adalah penegasan orang daerah yang mencoba peruntungan dengan merantau ke Ibukota dapat dilakukan di bidang politik. Meskipun mayoritas Gubernur DKI di jabat oleh bukan putra daerah, guliran isu putra daerah cukup santer berhembus pada saat kampanye Pilgub. Sepinya Jakarta pada saat hari raya Idul Fitri, menunjukkan bahwa penghuni kota Jakarta berasal dari daerah meskipun sudah secara resmi menjadi penduduk DKI. Jakarta sebagai ibukota tidak akan kehabisan daya tarik bagi orang daerah untuk mengadu peruntungan. Jadi mencegah orang diluar Jakarta untuk tidak datang ke Jakarta adalah usaha yang sia-sia dan pongah atas kesadaran atas fakta bahwa Jakarta adalah Ibukota negara Republik Indonesia.

Apakah "kemenangan" ini akan menjadi sejatinya kemenangan, kita akan saksikan bersama pada tanggal 20 September 2012 khususnya pada saat KPU selesai melakukan penghitungan hasil pemungutan suara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline