Lihat ke Halaman Asli

yakop ovan1995

Mengasah Hati & Budi Melalui Menulis.

Mengenal Adat "Kapu agu Naka" dalam Budaya Manggarai

Diperbarui: 25 Agustus 2024   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengenal "Adat Kapu agu Naka" dalam Budaya Manggarai

  Oleh: Ovantus Yakop 

Manusia dan Kebudayaan Manggarai

Salah satu identitas manusia adalah budaya. Dalam budaya manusia mengenal dirinya sendiri, keluarga, lingkungan dan masyarakat. Eksistensi suatu budaya tak lepas dari keberadaan manusia.

Manggarai sebagai komunitas sosial menyimpan aneka nilai-nilai luhur turut mewarnai hidup.  Nilai-nilai budaya itu dipelihara dan dijaga oleh generasi tua, lembaga adat, tokoh-tokoh pendidikan, keluarga, masyarakat, lembaga keagamaan dan pemerintah.

Budaya dalam Filosofi Masyarakat Manggarai

Salah satu peribahasa atau "goet" terkenal dalam konteks budaya Manggari yaitu muntung gurung pu'u-manga wungkut nipu curup, wakak betong asa manga wake nipu tae. Arti dan makna goet tersebut adalah jika generasi tua sudah meninggal ada generasi muda yang mempertahankan dan memelihara budaya Manggarai. 

Bagaimana proses pewarisan budaya Manggarai kepada generasi muda?. Proses mengenal dan memahami budaya tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dalam keluarga, lingkungan komunitas sosial, rumah adat, di lingkungan komunitas tetangga kampung, pemerintah, lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Perspektif Pendidikan Budaya Manggarai

Karena budaya itu melekat dalam setiap aneka kehidupan masyarakat dikenal dengan konsep sebagai berikut. Pertama, lelo (melihat) berbagai aktifitas budaya yang dilakukan oleh generasi tua dalam berbagai ruang. Baik diruang resmi seperti rumah adat, rumah dan lingkungan komunitas tempat tinggal atau di kampung tetangga. 

Kedua, senget (mendengar). Kegiatan mendengar atau menyimak berbagai aktivitas budaya yang selaras dengan maksud dan tujuannya masing-masing. Kegiatan mendengar diharapkan kita terlibat langsung misalnya menjadi pelayan saat upacara adat. Karena dengan terlibat secara langsung kita akan diperkaya berbagai pengetahuan tentang budaya. Lebih khusus bahasa adat yang kaya akan makna dan pengetahuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline