Lihat ke Halaman Asli

Yahya Prianto

Anak Desa

Optimalisasi Peran Pemuda dalam Pemilu Serentak Tahun 2024

Diperbarui: 15 Juli 2022   04:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan reformasi mendambakan harapan masyarakat tentang kebersamaan di semua bidang. Virus demokrasi sudah mewabah di Indonesia, sehingga semua unsur kehidupan disesuaikan dengan euforia demokrasi. Akan tetapi pelaksanaan demokrasi terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Kondisi seperti ini harus segera dilakuakan analisis sebanya, karena bangsa ini telah kehilangan banyak karakter positif yang menurunkan pamor pemerintah. Untuk menganalisis perlu dilihat dari beberapa sudut persoalan yang menyebabkan perubahan sosial politik bangsa ini.

Hal yang paling mendasar dalam masalah ini adalah objek-objek yang langsung berkecimpung di dalamnya. Mereka-mereka yang mencoreng nama bangsa dengan melakukan korupsi, kolusi, ataupun nepotisme adalah hasil dari Pemilu yang menjadi pilihan kita. Arena politik yang semakin bebas juga telah dibingkai dengan berbagai aturan yang membatasinya. 

Politik uang jelas telah dilarang. Namun partai dan calon yang terlibat di dalam persaingan untuk memperebutkan jabatan politik justru melakukannya.

Provinsi Sulawesi Tengah adalah salah satu wilayah rawan konflik, tak bisa kita sepelehkan, bahwa potensi konflik Pemilu/Pemilihan serentak tahun 2024 nanti bisa terjadi. Ada beberapa penyebab konflik dalam Pemilu/Pemilihan yang sering muncul, yaitu potensi Isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), konflik horizontal, dan politik uang masih menjadi ancaman.

Berkaca pada Pilkada Sulteng pada tahun 2015 silam, yang mana pertarungannya sangat ketat dan memanas. Pilkada tahun 2015 yang berujung dengan sengketa itu, juga mengundang konflik di beberapa wilayah di Sulteng, seperti Tolitoli yang masuk sebagai salah satu kabupaten yang rawan konflik bersama Palu, Poso, Sigi, Banggai, dan Donggala pada tahun 2015 lalu.

Pengalaman pilkada tahun 2015 itu, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada pemilu/pemilihan serentak tahun 2024. Harapannya, ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menghadapi tahun 2024 nanti. Mulai saat ini kita harus sudah mampu melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang rentan konflik.

Tak hanya tentang politik uang saja yang menjadi perhatian kita, namun segregasi sosial jelang pemilu/pemilihan serentak tahun 2024 nanti juga menjadi perhatian kita bersama. 

Segregasi sosial adalah upaya memisahkan suatu kelompok, suku bangsa, ras atau satu etnik secara paksa hingga menggunakan segala cara bahkan menggunakan kekerasan. 

Segregasi sosial itu juga sangat rentan akan terjadi, karena masyarakat kita sangat mudah terpengaruh, sehingga mudah terprovokasi dengan isu-isu yang sengaja dibangun oleh sekolompok orang yang ingin mencapai kepentingannya.

Dinamika Politik ini seharunya mampu membangun kesadaran masyarakat, sehingga melahirkan dinamika politik yang mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline