Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Perdebatan Mengenai Keberadaan Allah

Diperbarui: 15 November 2018   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perdebatan mengenai agama atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, di era sekarang sama halnya dengan perdebatan para pendukung antar tim sepak bola, pandangan politik atau sekadar perdebatan antara Apple fans dan Android fans. Masing-masing memiliki basis pendukung fanatik yang bahkan dengan rela sepenuh hati mengorbankan harta dan nyawa untuk membela pendiriannya.

Tak heran ketika pembicaraan sudah mulai mengarah ke pembahasan mengenai politik dan agama, utamanya, seringkali suasana perlahan-lahan memanas dan tak jarang menjadi awal dari konflik sosial yang berkepanjangan. Betapa banyak hubungan baik kekerabatan dan pertemanan menjadi rusak bermula dari perdebatan mengenai politik dan agama.

Diantara perdebatan panjang yang berlarut-larut di kalangan Umat Islam adalah perdebatan mengenai keberadaan Allah. Pertanyaan "Dimana Allah berada?" pertama kali diajukan oleh Nabi Muhammad ketika Beliau menguji keimanan seorang budak perempuan. Kini, pertanyaan itu seakan-akan menjadi salah satu pertanyaan kunci untuk mengidentifikasi aqidah seseorang. Jawabannya akan menjadi penentu apakah ia kawan atau lawan. Sebegitunya.

Secara umum, ada 3 pendapat paling populer di kalangan Umat Islam tentang dimana Allah berada. Pendapat pertama mengatakan Allah tidak bertempat, pendapat kedua mengatakan sebaliknya, bahwa Allah berada di segala tempat sedangkan pendapat ketiga mengatakan Allah bersemayam diatas Arsy. 

Perbedaan pendapat tersebut berawal dari perbedaan cara dalam menyikapi dalil. Satu pihak menerima dalil Al-Qur'an dan Hadits yang berbicara tentang perkara "dimana Allah" itu apa adanya sedangkan pihak yang lain mencoba untuk memahami dan menafsirkan dalil Al-Qur'an dan Hadits yang berbicara tentang "dimana Allah berada" melalui pendekatan akal.

Pihak yang berpendapat Allah tidak bertempat dimana-mana mengatakan bahwa Allah adalah Yang Maha Awal yang tidak ada sesuatupun sebelum Dia, Dia ada sebelum semua ciptaan ada, dan Arsy adalah salah satu ciptaan Allah, maka jika Allah bersemayam diatas Arsy, dan Dia ada sebelum Arsy ada, maka dimanakah Allah berada sebelum Arsy ada? Selain itu, jika Allah bersemayam diatas Arsy, maka berarti Allah butuh terhadap Arsy sedangkan tidak mungkin Kholiq (Pencipta) merasa butuh terhadap makhluk (yang diciptakan).

Kemudian mereka yang berpendapat Allah berada di segala tempat mengatakan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang absolut, sebab itu Allah meliputi jagad raya, manusia dan tempat, surga dan dimanapun. Dan bahwa Allah nyata di jagad raya. Mereka juga berdalil dengan firman Allah: "...Sesungguhnya Dia meliputi segala sesuatu." {Fushilat:54}.

Pendapat terakhir mengatakan Allah bersemayam diatas Arsy. Mereka yang mengatakan demikian banyak berdalil dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad yang menyatakan demikian. Misalnya, Allah berfirman: "Ar-Rahman beristiwa diatas Arsy" {Toha:5} dan sabda Nabi Muhammad : "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa-apa yang ada diantara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia berada di atas 'Arsy (singgasana)." {HR. An-Nasa'i}

Untuk lebih detilnya, Anda bisa membaca argumen masing-masing pendapat disini.

Pihak yang mengatakan Allah tidak bertempat: http://www.nu.or.id/post/read/95207/dalil-dalil-al-quran-dan-hadits-bahwa-allah-tak-bertempat

Pihak yang mengatakan Allah di segala tempat: https://id.harunyahya.com/id/Artikel/33344/allah-ada-di-mana-mana

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline