Lihat ke Halaman Asli

Tips Hidup Kaya dan Bahagia

Diperbarui: 24 Maret 2017   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Siapa yang tidak ingin hartanya melimpah? Setiap kita ingin harta yang melimpah sehingga mau berbuat baik apa saja bisa. Mau donasi sebanyak-banyaknya bisa, mau umroh sekian kali bisa, mau membiayai hidup janda dan anak-anak yatim bisa, mau jalan-jalan keliling dunia juga bisa, mau apa saja bisa. Bahkan kalau kita perhatikan, banyak orang tua rela bayar kuliah mahal-mahal di kampus bergengsi buat anaknya dengan harapan supaya anaknya kelak bisa jadi orang yang kaya raya dan hidup orang tuanya nanti  terjamin di masa tua. Jika si anak yang mendaftar tes CPNS hanya bisa lolos dengan syarat membayar sekian puluh juta rupiah pun banyak orang tua akan bersusah payah menyanggupi sebab anak adalah asetnya yang berharga jika keduanya sudah lemah dan tak ber-uang.

Harta yang melimpah adalah salah satu harapan terbesar setiap orang. Bisa dilihat kok, orang yang tiap harinya pergi pagi-pagi dan pulang malam-malam, bahkan seringkali tidak pulang dan akhir pekannya pun masih ia gunakan pula untuk bekerja, apa lagi tujuannya kalau bukan supaya hartanya bertambah semakin banyak. Kenapa banyak orang seperti dituntut agar hartanya melimpah? Ya karena tanggungannya banyak, istrinya, anak-anaknya, orang tuanya, dan dianya sendiri. Ini baru yang jadi kewajiban, belum keinginan yang macam-macam, dan pastinya, hal-hal tak terduga seperti musibah. Apalagi di tengah wabah hedonisme masyarakat kekinian, makan harus di kafe, ngopi harus di setarbak, hape harus ivon, mobil harus yang putih kinclong dan sebagainya, beban pengeluaran yang sudah menggunung itupun semakin menjadi-jadi.

Dalam rangka mengejar kekayaan itulah, banyak orang mulai lupa dengan dirinya sendiri. Lupa dengan kesehatan dan kebahagiaan batinnya. Lupa bahwa ia pun butuh ketenangan, kedamaian, sebab hati juga butuh makanan. Lupa dengan istrinya, kebutuhan istrinya, pendidikan istrinya, kasih sayang dan kemesraan di masa awal pernikahan. Lupa dengan anaknya, pendidikannya, pergaulannya, agamanya. Oleh sebab itu, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi ilmu, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi kaya dengan harta yang tidak hanya melimpah namun juga berkah agar hidup tenang, damai, dan bahagia.

  • Pekerjaan yang halal

Sangat krusial untuk memperhatikan apa yang kita kerjakan, dimana kita bekerja, waktu kita bekerja, dan bagaimana kita bekerja. Jika apa yang kita kerjakan halal, tempat kita bekerja memproduksi atau bergerak di bidang yang halal, dan kita pun bekerja secara halal, maka pekerjaan kita baru bisa disebut sebagai pekerjaan yang halal. Contoh pekerjaan yang haram sudah jelas, mencopet, mencuri, melacur, merampok, dsb. Tempat kita bekerja pun harus halal, sebab adakalanya pekerjaan kita halal namun kita bekerja di tempat yang tidak hal seperti pekerjaan satpam yang halal namun di perusahaan minuman keras yang haram atau bekerja sebagai pelayan yang halal di rumah makan yang menyajikan babi. 

Waktu kita bekerja pun harus diperhatikan, contohnya tidak halal bagi laki-laki untuk berniaga setelah adzan kedua shalat jumat hingga selesai shalat. Yang terakhir, bagaimana kita bekerja, sudahkah kita bersikap amanah, tidak korupsi uang, tidak korupsi waktu, menjadi hal yang disepelekan banyak orang, sebab jika kita berbuat demikian, sejatinya pekerjaan kita yang asalnya halal menjadi haram karena kita makan gaji buta.

  • Menjauhi riba

Riba adalah suatu praktek yang umum dalam dunia perbankan di banyak negara, termasuk di negara ini. Penjelasan lebih lanjut bisa ditonton di Youtube di channel Dr. Erwandi Tarmizi atau Dr. Muhammad Arifin Badri. Trust me, kalau anda ingin harta yang melimpah dan berkah, sebaiknya dihindari, sangat dihindari, bekerja di bank atau meminjam uang melalui bank atau segala jenis transaksi perbankan lainnya. Maksud saya, bukan berarti kita harus kembali ke zaman baheula dimana kita menyimpan uang secara manual, tapi gunakan fasilitas bank seperlunya saja.

  • Memperbanyak istighfar

Meskipun tidak masuk akal, namun percaya deh, adakalanya kesempitan dan kesusahan yang kita rasakan dalam hidup bukan sekadar cobaan hidup, namun juga teguran dari Yang Maha Kuasa akan banyaknya dosa yang kita lakukan. Seperti yang sudah saya sampaikan diatas, betapa banyak orang kaya yang berbuat dosa, lupa shalat, lupa sedekah, lupa Tuhan, namun hartanya mengalir ibarat air bah, namun ingat, yang kita bahas saat ini bukan hanya harta yang melimpah namun juga berkah.

Allah SWT berfirman, “Maka aku (Nuh) berkata: Beristighfarlah pada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia itu Maha Pengampun. (Maka) Dia akan menurunkan pada kalian hujan yang lebat. Dan memperbanyak harta dan anak-anak kalian dan menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan sungai-sungai. Mengapa kamu tidak tidak percaya akan kebesaran Allah?” (QS. Nuh: ayat 10-13)

  • Memperbanyak sedekah

Sudah banyak bukti nyata, bahwa sedekah secara ajaib akan meluaskan dan membuka pintu-pintu rezeki. Allah SWT berfirman, “Harta apapun yang kalian sedekahkan, maka Allah pasti akan menggantinya, sebab Dia adalah sebaik-sebaik pemberi rezeki.” (QS. Saba: ayat 39) dan Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, bahkan bertambah, bertambah, dan bertambah.

Bisa kita renungkan bersama, kalau ada yang berbuat baik pada kita di saat kita membutuhkan, maka sebagai manusia yang beretika, saat keadaan kita telah lapang, pastilah kita akan membalas perbuatan baik orang tersebut. Maka bagaimana pula jika kita berbuat baik pada Allah? Tentu balasannya tidak akan pernah masuk di akal, pasti luar biasa dan tidak disangka-sangka. Hal ini bukan berarti Allah membutuhkan kebaikan kita, bukan, hanya saja Allah itu Asy-Syakuur (Yang Maha Bersyukur).

  • Nasihat klasik: hindari gengsi dan menabung

Ini adalah penyakit yang mewabah di tengah-tengah masyarakat kita belakangan ini. Kebutuhan telah terpenuhi, keinginan-keinginan yang sederhana juga sudah terpenuhi, namun ketika muncul rasa gengsi yang bersumber dari sifat tamak, iri, atau sekadar berharap pujian atau sanjungan kerabat atau rekan kerja, maka sudah pasti pengeluaran akan membengkak berkali-kali lipat. Akhirnya, berhutang pada bank, terjerat riba, tidak mampu membayar, berdusta untuk berkilah dari tagihan, hidup sebagai pelarian, stres karena hidup tidak tenang, akhirnya terserang banyak penyakit dan mati menderita. Na’udzubillah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline