Lihat ke Halaman Asli

Edison Hulu

Ekonomi dan Keuangan

Sinyal Burukkah Tahun 2016 bila IHSG Merah pada Hari Bursa Pertama?

Diperbarui: 4 Januari 2016   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung melintas di dekat monitor perkembangan saham. (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Saya memperhatikan dalam jangka waktu yang cukup lama, ketika seorang Presiden Negara Republik Indonesia membuka perdagangan saham di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada hari bursa pertama, sangat jarang IHSG merah, sekali lagi sangat jarang sekali kinerja IHSG merah. Pada lazimnya, ketika presiden membuka pasar adalah sebuah optimis, kinerja IHSG diperkirakan akan hijau atau akan mengalami peningkatan betapapun kecilnya peningkatan tersebut.  Di samping itu, biasanya, walaupun tidak setiap negara mengalaminya, di pasar modal dikenal istilah "January effect", yaitu, adanya kenaikan harga saham (sulit dijelaskan penyebabnya) pada bulan Januari setiap tahun.

Hari ini, hari Senin, 4 Januari 2016, hari bursa pertama di BEI dan Presiden Jokowi berkenan membuka perdagangan pertama pada tahun 2016, walaupun tidak seperti biasanya, IHSG ditutup dengan kinerja merah, atau turun hampir mendekati minus 1,5 persen.  Walaupun pada kesempatan itu, Presiden Jokowi berkenan menyampaikan pidato singkat tentang keberhasilan pengelolaan APBN, khususnya pada sisi penerimaan, dan juga pada sisi pengeluaran, serta penjelasan yang optimis ke depan bahwa perekonomian Indonesia semakin baik.  Tetapi, pelaku pasar memandang seperti angin lalu, pada gilirannya IHSG ditutup merah dengan penurunan hampir 1,5 persen. 

Apakah merahnya IHSG merupakah sinyal bahwa perekonomian Indonesia tahun 2016 semakin buruk?  Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan disampaikan beberapa paparan singkat dalam uraian berikut ini.

Pertama, pelaku pasar memberi sinyal langsung kepada pimpinan negara (presiden) bahwa pelaku pasar belum begitu yakin bahwa dalam jangka pendek ke depan akan ada dampak dari kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap peningkatan nilai tambah nasional (pertumbuhan ekonomi sekurang-kurangnya 6 persen per tahun), khususnya yang berdampak langsung pada peningkatan nilai tambah perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Bila sinyal ini tidak ditangkap pemerintah sebagai informasi yang sangat berharga agar kebijakan ekonomi cenderung lebih tajam agar lebih cepat dampaknya terhadap peningkatan nilai tambah nasional, maka kondisi ekonomi semakin buruk, karena persepsi pelaku pasar seperti tidak dipedulikan negara. Menko harus bekerja keras untuk mencari terobosan baru yang tepat guna agar berdampak positif terhadap penngkatan nilai tambah dan kesempatan kerja. Faktor pertama ini cukup fatal bila ini penyebabnya. karena bisa jadi karena program ekonomi presiden masih jauh panggang dari api.  Tetapi, sekalipun demikian, masih ada harapan perbaikan, bila presiden mengubah kebijakanya menuju arah yang lebih baik.

Kedua, ketika seorang presiden membuka pasar, pada umumnya, ada hal-hal tertentu yang diinginkan (dikehendaki) pelaku pasar untuk disampaikan oleh presiden, namun mungkin karena masih kurang lancar komunikasi sebelumnya, maka tidak pas apa yang disampaikan presiden dengan yang diinginkan pelaku pasar, sehingga pelaku pasar kecewa, pada gilirannya kinerja IHSG merah.  Kalau ini penyebabnya, tidak ada masalah, karena masih cukup banyak waktu, dengan komunikasi yang baik, maka presiden bisa menyampaikan hal-hal yang ingin diketahui pasar, dengan persiapan yang baik, untuk disampaikan di lain waktu.

Ketiga, kinerja merah IHSG adalah kinerja wajah yang sebenarnya.  Kalau memang demikian, pada hakekatnya, fungsi sebuah bursa efek adalah mewujudkan sebuah pasar saham yang teratur, wajar dalam pembentukan harga, serta efisien dalam informasi, sehingga harga di pasar adalah harga yang sesuai dengan nilai intrinsik (intrinsic value) dari perusahaan penerbit saham tersebut. 

Yang mana dari tiga penjelasan tersebut sebagai penjelasan terhadap merahnya IHSG pada hari bursa pertama pada tahun 2016.  Saya cenderung kepada penjelasan ketiga. Nilai intrinsik sangat peka terhadap informasi, baik informasi positif maupun informasi negatif.  Semakin besar informasi positif, maka nilai instrinsik akan meningkat, sekalipun belum terjadi, karena itulah, setiap detik akan terjadi fluktuasi harga saham di pasar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline