Rintik hujan menemani malam mingguku di IGD saat jam menunjukkan pukul 22.15. Aku baru saja membaca WA-grup perihal rencana reuni sekolah yang ke-15. Wah, tak terasa sudah lima belas tahun berlalu sejak aku menanggalkan seragam putih abu-abu itu. Reuni tak ubahnya seperti menyambut tahun baru, cermin untuk refleksi diri, melihat apa yang sudah dicapai selama ini. Apakah masih tetap cakep atau semakin nyinyir dan gendut!
Yang jelas aku masih tetap jomblo, ngenes! Setamat SMA aku masuk fakultas kedokteran. Dulu milihnya ngasal aja, eh gak taunya keterima! Entah lah, apakah ada campur tangan yang kuasa disitu, aku pun tak tahu. Aku hanya menjalaninya saja. Awalnya semua berjalan lancar-lancar saja, sampai kemudian waktu menjalani co-ass di rumah sakit. Saat itu hidup seperti di neraka saja! Syukur lah semuanya sudah berlalu.
Selesai masa PTT tiga tahun di Papua aku ingin melanjutkan sekolah lagi. Menunggu proses sekolah, aku iseng ikut tim medis sebuah NGO kemanusiaan internasional untuk daerah konflik di kawasan Teluk. Lumayan, gajinya sebulan lebih besar dari gaji dokter PTT setahun!
Tanpa terasa lima tahun berlalu dengan cepatnya. Padahal rencana semula hanya setahun saja. Aku kemudian pulang setelah terkena serpihan granat lontar. Kerja di daerah konflik itu yah memang begitu. Gajinya sepadan denga resikonya.
"Dok, tolong dilihat pasien di kamar 711 itu dong dok" tanya Mirna, perawat IGD membuyarkan lamunanku.
"Lha, kenapa tidak dokternya saja dihubungi?"
"Tuh dia dok, dokter Linda hapenya mati. Dokter Budi bilang gak papa, itu efek dari kemo kemarin itu. Tapi pasiennya gelisah terus dok"
"Ya sudah, saya ke atas sekarang" kataku sambil membawa stetoskop.
"Malam ibu, saya dokter Ferry, apa keluhannya ya bu?" tanyaku dengan sopan kepada pasien yang nyaris plontos itu. Parasnya lumayan cantik, terlihat seperti Sinead O'Connor pelantun lagu lawas Nothing's Compares to U dulu itu.
Ups... mata dan bibir itu mengingatkanku pada seseorang yang tak pernah lekang dari ingatanku. Aku lalu melihat nama pada lembar status pasien, Yanti Nirmala. Seketika suara "klik" dari seat belt terngiang di telingaku. Dia tampak seperti my first kiss...
"Ferry? wah gak nyangka kita bisa ketemu disini. Aku tau kamu dokter, tapi aku gak tau kalo kamu kerja di sini, tapi kenapa Linda gak bilang ya?"