Lihat ke Halaman Asli

Aditya Anggara

Belajar lewat menulis...

Kugapai Lenganmu, Kamu Garuk Tangannya...

Diperbarui: 7 Januari 2019   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari film Fallen (2016) sumber : Livros e Laos de Fita

Panggilan untuk boarding baru saja terdengar ketika Maya menghabiskan sisa kopi lattenya. Maya lalu berkemas dan memeriksa meja sekali lagi untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Hatinya diselimuti kegembiraan karena sebentar lagi dia akan berangkat ke Manado untuk acara reuni SMA yang sudah lama ditunggunya.

Senyum manis tersungging dari bibir Maya ketika memberikan boarding pass, hingga membius petugas pemeriksa tiket itu. Petugas itu hanya bisa berdiri mematung dengan rahang terkulai jatuh. Segera temannya mengatupkan rahangnya, lalu menggelitiki ketiaknya untuk membuatnya tersadar kembali. Sambil tersipu malu petugas itu kemudian kembali memeriksa tiket penumpang lain seperti biasanya.

***

Trip ke Manado ini memang sangat istimewa karena merupakan reuni pertama yang akan dihadiri oleh hampir seluruh angkatan mereka. Maya berdua dengan Simon, sohibnya dulu semasa di SMA. Mereka berdua sengaja datang lebih cepat sehari dari rombongan besar dengan alasan berbeda.

Alasan Simon datang lebih awal karena ada urusan bisnis. Sedangkan alasan Maya karena ingin bertemu dengan saudaranya. Padahal Maya sebenarnya janjian bertemu dengan Andy, yang sudah 15 tahun tidak pernah dilihatnya lagi. Andy yang misterius itu baru kemudian muncul di grup WA 4 bulan terakhir ini. Ternyata selama ini Andy bekerja di Freeport, Papua.

Lamunan Maya kemudian membawanya ke masa silam, masa-masa ketika ia masih SMA dulu. Dari semua teman SMA-nya dulu itu, ada seorang yang sangat menarik hatinya. Pria hitam manis dengan rambut keriwil itu bernama Andy. Dia masih ingat ketika pertama kali dulu digonceng Andy naik vespa birunya.

Andy terlihat sangat piawai mengendarai motor semok itu. Mereka muter-muter mengelilingi Kebun Raya Bogor untuk kemudian diakhiri dengan makan baso tak jauh dari stasiun kereta. Rintik hujan yang turun ketika itu menjadi penambah semangat untuk memeluk pinggang sihitam manis itu ketika mengantarnya pulang ke rumah.

Sebuah kecupan manis di bibir kemudian mampu mengusir rasa dingin dari tetesan hujan yang membasahi kulitnya, meluruskan tulangnya yang bengkok, hingga memaksa rembulan untuk menghadirkan dirinya sejenak kepada mereka. Itulah perjalanan pertama Maya dengan Vespa biru itu, tapi itu pula perjalanan terakhirnya dengan Andy yang misterius itu.

Senyum manis kemudian tersungging dari bibir Maya. Dia lalu dia melirik kesamping. Simon, sahabat karib yang menemaninya telah tertidur dengan rahang terkulai jatuh tanpa melihat senyum manisnya. Maya kemudian mengatupkan rahang Simon, tapi tidak menggelitiki ketiaknya, dan membiarkannya tertidur saja.

Ketika mereka tiba di Manado, Maya sedikit kecewa. Ternyata Andy belum tiba seperti yang dijanjikannya, sehingga dia harus melewatkan malam yang romantis itu dengan siluet vespa biru itu saja. Ternyata Andy baru tiba keesokan harinya.

Tetapi "siput dulu baru kerang, lain dulu lain sekarang" Kalau dulu Andy adalah pria yang ramah-tamah dan murah senyum, ternyata sekarang dia menjadi pria yang remeh-temeh dan pelit senyum kepada orang lain! Sekarang dia tampak lebih pendiam. Mungkin akibat pengaruh terlalu sering pakai koteka di Papua sana...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline