Waktu sudah menunjukkan menit ke-90+3. 90.245 pasang mata penonton yang memenuhi stadion Camp Nou, Barcelona menatap tegang ke lapangan hijau. Sebuah gol penyama dari Teddy Sheringham baru saja memperpanjang nafas MU dari terkaman Bayern Munchen.
David "ginger" Beckham lalu mengambil tendangan sudut yang langsung disundul oleh Sheringham ke tiang jauh. Disana sudah menunggu supersub yang baru saja masuk ke lapangan, dan langsung menendangnya untuk menembus jala Oliver Kahn. MU 2 Munchen 1. Nama "der verdammte" itu adalah Ole Gunnar Solksjaer!
Dua dekade sudah berlalu namun nama si baby face Solksjaer itu tidak pernah lekang dari ingatan para fans MU (Manchester United) ini. Solksjaer bukanlah sosok asing bagi MU. Dia pernah bermain untuk MU dari tahun 1996 hingga 2007 (11 tahun) Solksjaer tercatat memainkan 235 pertandingan bersama MU di Premier League dengan mencetak 91 gol dan 37 assist.
Setelah pensiun sebagai pemain, Solksjaer juga pernah menjadi pelatih tim cadangan MU. Sebelum bergabung dengan MU, Solksjaer membela klub di negerinya sendiri, Molde. Dan Molde juga menjadi klub pertama yang dilatih Solksjaer sebagai Pelatih Kepala. Bersama Molde Solksjaer meraih dua gelar juara liga yaitu pada tahun 2011 dan 2013.
Kebetulan sekali kompetisi di Liga Norwegia sudah berakhir saat ini. Para pemain Molde juga sudah menikmati liburan panjang musim dingin mereka. Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi Solksjaer yang baru saja kemarin diangkat menjadi pelatih interim MU. Solksjaer justru harus bekerja keras menghadapi ketatnya kompetisi EPL di bulan Desember.
Solksjaer akan melatih MU untuk jangka waktu enam bulan kedepan hingga kompetisi EPL 2018-2019 berakhir. Tetapi kalau sekiranya MU bisa finish di urutan keempat (lolos ke Liga Champion) maka kontrak Solksjaer akan dipermanenkan.
Solksjaer sudah tiba di Manchester untuk mempersiapkan laga EPL pada akhir pekan nanti. Solksjaer kemudian menginap di Lowry Hotel Manchester tempat Mourinho menginap selama melatih MU. Tidak dijelaskan apakah Solksjaer akan menempati Riverside Suites berharga Rp 15,8 juta permalam yang ditempati Mourinho selama 2,5 tahun itu...
Tugas yang akan diemban Solksjaer ini memang gampang-gampang sulit. Gampang karena mayoritas para pemain MU ini terlecut lagi semangatnya setelah kepergian Mou. Setiap pemain termotivasi ingin menunjukkan kemampuan mereka yang selama ini tertahan akibat dari strategi permainan Mourinho yang pragmatis.
Juan Mata misalnya. Dalam kondisi normal, playmaker ini jarang dimainkan. Kecuali kalau MU dalam kondisi tertinggal, dan butuh gol penyama. Mata cenderung membuat permainan MU menjadi ofensif sehingga rawan terhadap serangan balik lawan. Awalnya Mou lebih suka menempatkan Pogba pada posisi Mata, yaitu di depan dua gelandang jangkar (Matic dan Herrera) untuk memberi kestabilan di tengah.
Apalagi Lukaku sedang ganas-ganasnya, dan menjadi kandidat top skorer ketika itu. Lukaku seorang fighter yang sanggup mencetak gol dengan berbagai cara. Dalam paham pragmatise Mou, MU tidak perlu harus mendominasi penguasaan bola dengan mengkreasi banyak serangan. Yang penting pertahanan MU harus rapat. Setelah itu barulah berikan bola kepada Lukaku di depan.
Dari 5 peluang, setidaknya Lukaku bisa mencetak sebuah gol. Catat, bagi Mou sebuah gol kemenangan sama nilainya dengan menang dengan empat gol! Catat juga, fans tidak ingin MU hanya sekedar menang saja, karena mereka juga ingin menikmati permainan sepak bola menyerang ala Setan Merah seperti dulu. Dan tiket menonton pertandingan MU itu juga tidak lah murah...