Lihat ke Halaman Asli

Yafi shafwan

Mahasiswa Manajemen Bisnis Pariwisata Universitas Indonesia

Gunung Semeru, Keajaiban Alam Penuh Resiko

Diperbarui: 21 April 2024   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Gunung Semeru merupakan gunung berapi yang masuk kedalam kawasan Taman Nasional Bromo Tenegger Semeru (TNBTS) dan terletak di Jawa Timur, Indonesia. Dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl), Gunung Semeru menjadi gunung tertinggi di pulau jawa dan dikenal dengan sebutan “atap pulau jawa”. 

Gunung Semeru memiliki keajaiban alam yang sangat mempesona, mulai dari hutan pegunungan yang asri, flora fauna yang beragam, hingga padang savana yang luas. Salah satu daya tarik wisata di Gunung Semeru adalah Kawah Jonggring Saloko, yaitu sebuah kawah aktif di puncak Gunung Semeru yang sering mengeluarkan asap dan letusan kecil.

Namun, dibalik itu, Gunung Semeru memiliki sejarah erupsi yang cukup panjang sejak tahun 1818. Hingga 19 April 2024, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan Gunung Semeru tercatat telah mengalami erupsi sebanyak 179 kali sejak awal tahun 2024. Letusan terakhir setelah artikel ini dibuat terjadi pada tanggal 19 April 2024 sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 15 menit. Bahkan, pada awal tahun 2024, erupsi Gunung Merapi dengan letusan asap setinggi dua kilometer menyebabkan bandara udara Abdulrachman Saleh, Malang, ditutup ditutup untuk sementara waktu.

Manajemen resiko terhadap erupsi Gunung Semeru memerlukan respon cepat dan penanganan yang tepat untuk keselamatan para pendaki dan masyarakat sekitar. Maka dari itu, pihak-pihak terkait perlu melakukan beberapa langkah manajemen resiko, yaitu: 

  1. Memantau Aktivitas Gunung

Pemantauan aktivitas Gunung Semeru perlu dilakukan secara terus menerus untuk memitigasi terjadinya hal berbahaya. Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) dan pihak terkait harus selalu memantau parameter gunung secara visual maupun instrumental, seperti aktivitas gempa, gas vulkanik, lahar, serta perubahan lain yang terjadi di dalam Gunung Semeru.

  1. Evakuasi Dini

Jika terindikasi ada aktivitas yang berpotensi menyebabkan bahaya, segera melakukan evakuasi dini terhadap wisatawan dan masyarakat sekitar untuk menghindari wilayah yang berpotensi terkena bencana. 

  1. Edukasi Resiko

Untuk meningkatkan kewaspadaan dan respon yang efektif, perluada edukasi yang diberikan kepada masyarakat lokal dan wisatawan yang berkunjung mengenai tanda-tanda erupsi, resiko erupsi dan prosedur evakuasi. Agar ketika terjadi situasi yang tidak diinginkan, masyarakat dan wisatawan dapat mengerti langkah-langkah yang harus diambil pada situasi tersebut.

Manajemen resiko yang efektif tentu saja membutuhkan kolaborasi dan koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait. Penting juga bagi kita untuk memahami prosedur evakuasi untuk memitigasi resiko yang bisa terjadi pada destinasi wisata. Dengan manajemen resiko yang baik, Gunung Semeru dapat menjadi destinasi yang aman bagi wisatawan maupun masyarakat sekitar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline