Sangat berdampak sekali, ketika Pilpres 2024 kali ini akan berlangsung dua putaran. Hal ini akan menghantam sisi sosial, politik, ekonomi bahkan keamanan negara kita. Karena jika melihat Pilpres 2019, begitu terasa pembelahan di masyarakat yang begitu keras kala itu.
Narasi soal satu putaran memang kian luas di bri'takan. Hal ini juga menjadi salah satu gerak cepat untuk melanjutkan bahkan memulihkan perekonomian serta stabilitas politik dalam dan luar negeri. Karena hal ini harus di ambil cepat, oleh pemimpin yang akan memimpin nantinya, maka diperlukan satu putaran dalam Pilpres saat ini. Tentu saja pasti ada pro dan kontra, terkait satu putaran ini. Karena secara sudut pandangan politik, pasti ada yang berbeda. Akan tetapi itu hal biasa di alam demokrasi.
Diketahui biaya pemilu yang dikeluarkan oleh negara melalui Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI), sebesar Rp 28.398.893.459,000 dan Bawaslu RI sebesar Rp11.611.620.116.000. Selain itu, Komisi II juga menyetujui usulan tambahan anggaran yang diajukan Bawaslu RI sebesar Rp1.418.643.553.000. Tentu saja anggaran ini sangat besar. Alasan fundamental untuk satu putaran ialah untuk menghembat pengeluaran negara yang sangat besar, juga mempercepat pertumbuhan ekonomi secara masif, baik secara nasional dan kanca internasional.
Perlu diperhatikan juga secara dinamika politik luar negeri (geopolitik), dinamika perkembangan geopolitik global dan regional yang tidak menentu. Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam beberapa tahun terakhir, rules politik antara dua adidaya dunia, yaitu Amerika Serikat dan China terus berlangsung di Kawasan Asia Tenggara, khususnya Laut China Selatan. Salah satu perang dingin yang sangat masif untuk bergerak. Oleh karena itu, pemimpin yang paham dan mengerti geopolitik tentang keamanan negara, mesti gerak cepat dan pasti membutuhkan kerja-kerja yang nyata.
Untuk menghalau pengaruh China yang kian meluas di Kawasan Indo-Pasifik, Amerika Serikat membentuk aliansi informal yang terdiri dari empat negara, yaitu AS, Jepang, India, dan Australia dalam skema dialog keamanan persegi empat (The Quadrilateral Security Dialogue) atau dikenal dengan nama The Quad.
Dengan kata lain, tidak ada yang bisa mengukur secara pasti puncak dari dinamika yang terus terlangsung di Kawasan Indo-Pasifik dalam beberapa bulan atau tahun ke depan. Tapi yang pasti, hampir semua aktor yang bersaing di kawasan ini sepakat bahwa ASEAN khususnya Indonesia adalah center of excellence dari mega kawasan yang membentang dari pantai timur Afrika hingga ke pantai barat Amerika ini.
Dalam kerangka itu, berlarutnya dan berlama-lamanya proses politik yang berlangsung di dalam negeri kita bukan tidak mungkin akan melahirkan ketidakpastian (security dilemma) yang berujung pada munculnya kecemasan para stakeholders yang bersaing, karena tidak adanya kejelasan intensi dari Indonesia terkait kepentingan nasionalnya di kawasan ini. Untuk itu, Pilpres 2024 harus berlangsung cepat agar bisa melahirkan kepastian intensi, sekaligus mempertegas positioning dari national interest Indonesia Solusinya memang Pilpres satu putaran yang mesti terjadi di negara ini.
Kita tentu berharap yang terbaik dalam perhelatan Pemilu 2024 mendatang, salah satunya agar pilpres ini hanya berlangsung sekali putaran. Terlepas dari hasil survei yang mengatakan bahwa sudah ada satu kandidat yang berpotensi memenangkan pilpres ini sekali putaran, saya menilai sebenarnya semua kandidat capres dan cawapres yang berkontestasi kali ini memiliki peluang yang sama. Untuk itu, kita berharap agar semua kandidat bisa memaksimalkan semua potensinya strategisnya untuk memastikan pilpres ini hanya berlangsung sekali putaran saja. Lalu, setelah itu kita kembali bersatu dan fokus untuk menyongsong masa depan, demi kepentingan bangsa dan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H