Lihat ke Halaman Asli

Yafet Ronaldies

Human Mood-an

Euforia Citayam Fashion Week Sampai pada Sensasi Para Kaum LGBT

Diperbarui: 27 Juli 2022   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masih seputaran soal Citayam Fashion Week (CFW) ada kaitannya dengan tulisan kemarin yang judulnya "Keseruan & Benefit Citayam Fashion Week..." Tapi kali ini agak sedikit heat problem, karena ada beberapa golongan sebut saja mereka itu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau disingkat LGBT. 

Which is, kaum-kaum ini ternyata keluar dari sarangnya untuk mengikuti 'fashion show' dalam eforia CFW. LGBT dalam meramaikan CFW tidak secara terang-terangan seperti membawa bendera kebanggannya 'bendera pelangi', yang dimana seharusnya 'pelangi' menjadi sebuah keindahan serta keberagaman. 

Akan tetapi simbol dan makna 'pelangi' sudah sirna, melekat, serta menjadi ciri khas human LGBT. Kemudian, para kaum 'pelangi' tersebut masuk dan tampil di atas zebracross, dengan busana cetar membahana dan gaya bak' model professional.

Penulis bakal mendeskripsikan asal mula dari LGBT ini, beredar baik secara internasional pun negara Indonesia itu sendiri. Istilah LGBT mulai dipakai pada sekitar tahun 1990-an, untuk menggantikan frasa para penganut gay, karena istilah LGBT dapat mencakup semua jenis orientasi seksual tidak hanya untuk gay atau lesbi saja. Biar lebih komplit.

Tepatnya pada tahun 1993, pernah diadakan Kongres Lesbian dan Gay (KLGI), tepatnya di Yogyakarta. Kemudian dua tahun berikutnya kembali digelar kongres serupa. Pada 1995, Kongres Lesbian dan Gay yang kedua (KLG II) berlangsung di Bandung, dan pada tahun 1997 KLG III diselenggarakan di Bali. 

Organisasi LGBT pada saat itu mulai menggeliat kebeberapa daerah di antaranya ada kota Ambon, Medan, dan Surabaya. Namun, tingkat penyebarannya masih terlalu sedikit dan sangat terbilang lambat.

Lanjut pada tahun 1998, sudah memasuki era reformasi, LGBT mendapatkan momentumnya. Organisasi-organisasi LGBT semakin berani untuk menyuarakan suaranya. Berdasarkan data dari dialog laporan yang bertajuk "hidup sebagai LGBT di Asia" terdapat beberapa kongres lanjutan tingkat internasional. 

Perkembangan yang drastis organisasi-organisasi LGBT di Indonesia memanfaatkan gejolak yang tengah terjadi pada sistem politik dan pemerintahan untuk terus melebarkan sayapnya. Kira-kira seperti itulah sedikit history LGBT di negeri +62.

Tidak hanya organisasi dan eforia kongres, mereka juga menggelar pesta akbar. Pada saat itu sangat terkenal istilah "September Ceria" pada 1990-an. Ini merupakan pesta massif para kaum sejoli LGBT yang digelar tiap malam minggu pertama setiap bulan September. 

Apakah setiap malam minggu awal bulan September dapat dikatakan sebagai hari pestanya LGBT? 

Tepatnya seperti ini, kenapa malam minggu dipilih untuk melakukan pesta akbar dari kaum LGBT, karena malam minggu itu identik dengan keramaian, anak-anak remaja/muda yang berkeliaran sepanjang malam. Jadi moment keramaian serta banyaknya anak-anak muda dan remaja, itulah yang dimanfaatkan oleh mereka pecinta LGBT. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline