Lihat ke Halaman Asli

Prinsip Bisnis Orang Tionghoa

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

PRINSIP BISNIS ORANG TIONGHOA

Ada banyak cara berbisnis yang diajarkan orang tua masyarakat Tionghoa terhadap anak-anaknya. Namun dari kesekian banyak cara bisnis itu, ada beberapa yang menarik untuk kita cermati. Berikut beberapa prinsip masyarakat Tionghoa dalam menjalankan bisnisnya yang patut kita contoh :

Kerja keras. Orang Tionghoa dikenal memiliki sifat kerja keras dan tak kenal lelah. Prinsip inilah yang menjadikan etnis Tionghoa kebanyakan lebih mapan secara finansial dibandingkan etnis lainnya. Mereka rela bekerja mulai pagi sampai larut malam demi meraih kesuksesan bisnisnya. Mereka juga tidak segan-segan untuk turun tangan langsung dalam menjalankan bisnisnya. Coba lihat toko-toko kelontong milik orang Tionghoa, walaupun mereka memiliki banyak pegawai, akan tetapi mereka tetap terlibat aktif di dalamnya. Ini mereka lakukan agar bisnis yang mereka jalani tetap terkontrol dengan baik. Dengan turun langsung, mereka juga bisa mengawasi agar karyawan mereka memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggannya. Tak jarang pula kita lihat orang Tionghoa ikut truck pengangkut barang, mengirimkan sendiri pesanan barang kepada pelanggan. Jam kerja toko-toko orang Tionghoa pun biasanya lebih lama dari toko-toko lain. Dan ternyata kerja keras inilah salah satu cara mereka dalam meraih kesuksesan bisnisnya.
Hidup hemat. Walau mereka mampu makan ayam goreng, mereka memilih untuk makan sayur asam. Ungkapan inilah yang mungkin tepat diberikan kepada mereka dalam kaitan pengelolaan keuangan. Rata-rata orang etnis Tionghoa memiliki gaya hidup dibawah kemampuan mereka. Jika mereka mampu membeli mobil sedan mewah, maka mereka akan lebih memilih membeli mobil Pick Up untuk membantu kelancaran bisnisnya. Sangat jauh berbeda dengan gaya hidup kita masyarakat Indonesia kebanyakan. Kalau perlu kita hutang agar bisa beli mobil mewah, yang penting gengsi tidak turun. Seberapapun penghasilan yang orang Tionghoa dapatkan, mereka selalu menyisihkan sebagian untuk ditabung atau diinvestasikan. Terkadang mereka harus makan seadanya yang penting tetap ada uang untuk ditabung.
Putar uang yang ada. Dengan melakukan dua hal diatas, yaitu kerja keras dan hidup hemat, masyarakat etnis Tionghoa memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukan kegiatan usaha. Mereka mempunyai dana cadangan yang lebih, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan yang mendesak. Entah itu untuk keperluan hidup sehari-hari ataupun untuk keperluan bisnis. Tak jarang kita lihat toko orang Tionghoa yang sepi, seakan mati enggan hidup tak mau. Tapi toko itu tetap berdiri, dana cadangan inilah yang menopang hidup mereka. Dan yang lebih penting lagi, orang tionghoa jarang yang menyimpan uang dalam bentuk tabugan, mereka lebih suka menginvestasikan uang mereka di instrumen investasi jangka pendek sebagai tabungan mereka. Dengan menabung di instrumen investasi jangka pendek mereka bisa mendapatkan dana dalam waktu singkat, selain tentunya juga mendapatkan imbal balik dari hasil investasinya. Prinsip mereka, jangan sampai ada uang yang nganggur, buat semua uang tersebut bekerja untuk kita.
Prinsip harus bisa. Prinsip sukses bisnis mereka selanjutnya adalah harus bisa. Jika orang lain bisa melakukannya maka kita juga pasti bisa. Lihat negara lain menciptakan handphone canggih, maka orang China juga bisa membuatnya sendiri, bahkan dengan harga jual yang lebih rendah dari produk aslinya. Mereka tidak pernah puas mencapai kesuksesan tertentu, mereka selalu melihat keatas mereka, sehingga memberikan semangat untuk bekerja lebih keras lagi.
Prinsip pinjam uang kerabat. Tak jarang orang Tionghoa yang enggan menggunakan jasa perbankan. Selain mereka akan dibebankan bunga yang besar, mereka juga lebih suka berjalan dengan kemampuan sendiri. Prinsip mereka, pinjam kepada bank harus digunakan untuk sesuatu yang pasti, sesuatu yang terbukti memberikan keuntungan bagi mereka. Untuk usaha/bisnis yang baru dirintis, yang mereka belum tahu resiko yang akan dihadapi, mereka lebih memilih berhutang kepada kerabat mereka sendiri. Perlu diketahui bahwa rasa solidaritas sesama etnis Tionghoa sangatlah besar, lebih-lebih dalam masalah bisnis. Mereka yang lebih dulu sukses selalu membantu saudara mereka untuk bisa meraih kesuksesan juga.
Prinsip beli dalam jumlah partai. Keberanian mereka dalam mengambil resiko patut kita acungi jempol. Walaupun keberanian mereka tetap diimbangi dengan kepiawaian dalam memanage resiko. Orang Tionghoa lebih suka mengambil barang secara partai, kemudian menjualnya kembali kepada pedagang kecil ataupun pengecer. Mereka tidak mengambil margin yang besar, akan tetapi lebih bermain pada kuantitas atau volume penjualan yang besar. Untung sedikit, tetapi penjualan yang banyak.
Prinsip serba ada. One stop shopping, sekali pelanggan datang maka pelanggan itu akan mendapatkan apapun yang mereka cari. Lihat toko-toko orang Tionghoa, berbagai macam barang berjejal-jejal mengisi seluruh ruang yang ada. Kalau perlu sampai di teras malah di tempat parkir. Yup, mereka tidak pernah tanggung-tanggung dalam membuka bisnis, harus super lengkap, terlihat banyak barang yang di display. Hal inilah yang justru malah menarik konsumen untuk datang ke tempat mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline