Lihat ke Halaman Asli

Sinar dalam Gelap

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cerita Bersambung

Episode pertama..

“Sudah Bu, ayo kita pulang. Meskipun kita menangis darah di sini, ucapan kita tidak akan mereka tanggapi Bu.” Ujar Rudi pada ibunya yang tengah menagis sambil meminta keadilan di kantor polisi karena semalam dirinya berusaha diperkosa oleh orang yang dia kenal. Pak Nanang, Lelaki yang dulu juga membunuh suaminya. Ibu Fatima memang cantik, dengan usianya yang masih muda, sangat banyak lelaki yang menggodanya termasuk pak Nanang. Namun tidak ada yang diterimanya. Sosok Almarhum suaminya masih menjadi idola dan pemilik cintanya hingga sekarang.

“Kita hanya rakyat kecil Bu, tidak akan ada hukum yang memperhatikan kita. Kita hanya sampah bagi mereka,sama sekali tidak ada perlindungan hukum. Hukum hanya akan berpihak pada yang berkuasa Bu, hanya pada yang kaya. Ayo kita pulang.” Lanjut Rudi sambil membangunkan ibunya yang sejak tadi menangis di teras kantor polisi.

“Kita ikhlaskan saja Bu. Akan ada pembalasan yang setimpal bagi mereka. Azab dari Sang Maha Kuasa lebih pedih dari hukum yang tidak memihak pada orang-rang kecil seperti kita.” Sambung Rudi sambil jalan menggandeng ibunya. Ibu Fatimah hanya mengangguk sambil mengusap cairah keruh di pipinya.

Sejak ayahnya meninggal dua tahun yang lalu Rudi dan keluarganya kerap mendapatkan cobaan. Banyak ancaman yang hadir untuk kelurga mereka. Namun, meskipun begitu Rudi tidak pernah patah semangat. Dengan usianya yang baru menginjak bangku SMP, Rudi menjadi tulang punggung keluarganya untuk membantu ibunya menghidupi keluarga. Rudi memiliki satu adik perempuan. Ratna namanya, gadis kecil yang cantik yang tidak jauh beda dengan ibunya.

Hidup di Desa kecil tanpa seorang ayah memang bukan hal yang mudah, apalagi harus menjadi tumpuan harapan untuk membantu ibunya menafkahi keluarganya. Namun hal itu tidak membuat Rudi putus asa. Dia terus berusaha sekuat tenaga agar tetap bisa bertahan hidup dan ibu dan adinya dapat makan. Hampir tidak ada waktu bermain baginya. Berbeda dengan anak-anak pada usianya yang bahagia dengan bermain. Dia harus pintar-pintar mengatur waktunya untuk belajar, pergi sekolah dan bekerja. Bekerja apa saja yang penting menghasilkan uang atau beras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kadang dia ke sawah membantu-bantu petani sawah memanen padi atau kacang agar mendapatkan upah seadanya, kadang dia ke gunung membantu petani gunung membersihkan semak-semang di antara tanaman petani dan kadang juga dia membantu pekerjaan rumah tetangga-tetangganya, sampai menyuci baju dan piring tetangganya dengan harapan dia bisa pulang membawa beras dan dapur keluarganya bisa mengepul nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline