Lihat ke Halaman Asli

Catatan Kecil Tentang Hariku

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang rasa lelah dan jemu menghampiri. Rutinitas sehari-hari terasa hanya berputar dari rumah- sekolah-sekolah anak. Liburan adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu, berhenti sejenak dari kesibukan kerja.

Tetapi ketika libur panjang saat keluarga kami dan seluruh penghuni kompleks perumahan dinas di sekolah kami akan melewatkan liburan di kampung halaman masing-masing (kami pulang ke rumah orang tua), perasaan rindu pada aktifitas sehari-hari kadang juga datang. Cukup lama libur, rasanya rindu dengan rumah kami, walau di desa yang sepi, rasanya tak ada tempat senyaman rumah kami yang tenang dan jauh dari kebisingan. Rindu dengan sekolah dan anak-anak, walau kadang tingkah mereka membuat pusing, tapi kelamaan tak bicara di depan kelas, aku sering bermimpi mengajar.

Aku rindu berlari-lari di pagi hari, antara kamar tidur, dapur, tiang jemuran dan kamar mandi untuk sekedar merapikan tempat tidur, menyiapkan sarapan, menjemur cucian sore kemarin dan mandi pagi dengan tergesa. Rutinitas pagi kami yang selalu hampir tergesa-gesa lucu kalau diingat, penyebabnya tak lain karena bangun kesiangan. Sarapan dengan menu sederhana karena kami tak pernah membeli makanan di warung seperti halnya orang-orang di desa kami, kemudian melepas suami berangkat kerja dengan hati cemas dan prihatin, ia harus mengajar di sekolah yang jaraknya 13 KM, dengan kondisi jalan yang memprihatinkan, tanpa aspal, penuh lobang dan batu besar. Mengantarkan anakku ke sekolahnya kadang bergantian dengan suami. Kemudian ke sekolah untuk mengajar, bertemu dengan siswa yang beragam tingkah lakunya, berkumpul dengan rekan kerja yang juga beragam tingkah lakunya. Di jam pulang anakku sekolah, aku harus mencuri waktu untuk menjemputnya, jika ada jam mengajar aku terpaksa harus meninggalkan kelas dengan tugas-tugas, terkadang teman minta belikan sesuatu aku harus singgah di warung untuk membelikan pesanan mereka, itu artinya aku harus lebih lama meninggalkan sekolah.

Siang hari pulang mengajar, kembali harus tergesa menyiapkan makan siang, karena sebentar lagi suami datang, sementara tak ada menu yang bisa dimakan untuk siang hari, selalu tergesa, ya karena anakku juga harus segera berangkat mengaji, aku tak tega membiarkannya berpanas-panas berjalan sendiri. Suami datang kusambut dengan senyuman untuk sekedar penawar lelahnya, makan siang terasa nikmat dengan menu seadanya. Rasanya tak ada kebahagiaan lain selain kebersamaan kami.

Sambil istirahat siang kutunggu anakku pulang mengaji, tak lepas pandangku dari jendela menunggu sosoknya di ujung jalan sana, sangat kukenali dengan baju koko, tas merah dan payung hijaunya. Dia pulang dengan seribu cerita tentang ustadz dan teman mengajinya, penghantar tidur siang kami. Lalu bangun di sore hari dengan aktifitas baru, tumpukan piring dan baju kotor sudah menunggu. Sambil mencuci aku memasak atau memanaskan makanan untuk makan malam.

Ya tak tempat memang senyaman rumah kami.

Rutinitas sehari-hari kami yang kurindui. Rindu rumah kami, sekolah, teman-teman, tetangga, pasar minggu dan semuanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline