Lihat ke Halaman Asli

Dimana Ada Kemauan Disitu Pasti Ada Jalan

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

pada tahun 1999 aku tamat dari MTs Nurul Hikmah Aek Gerger sekolah swasta yang ada dikampungku. Tentu saat itu aku ingin sekali melanjutkan kejenjang SMA, tapi ketika aku sampaikan keinginanku itu keapada orang tua mereka menjawab bahwa mereka tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkanku, Ayah hanya seorang karyawan perkebunan dengan penghasilan pas-pasan dan ibu tidak bekerja, sementara aku mempunyai adik 7 orang. Saat itu aku harus mengubur mimpiku, saat teman-teman sibuk berencana akan sekolah kekota aku hanya bisa diam sambil menahan rasa sedih didalam hati. Kebetulan saat itu sekolah SMA sederajat yang ada masih di kota yang memakan waktu kira-kira 2 jam dari kampungku, jadi hanya orang-orang dengan ekonomi  cukup yang bisa melanjutkan ke SMA mengingat selain biaya sekolah, para orang tua juga ahrus mempersiapkan biaya kos dan makan.

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari kerja, kebetulan saat itu tetanggaku menawarkanku untuk mau bekerja menanam pohon Akasia di Propinsi Riau, tawaran itupun aku terima. Saat itu dia memberiku uang sebesar Rp. 75.000 untuk persiapan bekal keberangkatanku. Akupun menyampaikan rencanaku untuk merantau ke Riau kepada ibuku, aku mengatakan kepada ibuku “mak aku mau pigi meranto ke Riau samo bang karyono” begitu kira-kira bahasa sehari-hari daerah kami, bang karyono adalah tetanggaku yang mengajakku untuk bekerja. Tapi saat itu Ibuku  tidak menjawab apa-apa,  Aku tahu hatinya pasti sangat sedih melihat aku yang masih sangat kecil akan pergi merantau di negeri orang.

Malam harinya akupun mempersiapkan pakaian dan lainnya utuk keberangkatanku besok. Malam itu aku menangis didalam kamar sambil memasukkan pakaian kedalam tas. Aku menangis karena besok aku harus pergi merantau untuk bekerja padahal aku ingin sekali sekolah. Ketika itu ayahku masuk dalam kamar. Dia tanya “ kok nangis kau?” aku tidak menjawab.kemudian ayah bilang bahwa sebaiknya aku tidak usah pergi merantau. Karena ayah baru dapat nasehat dari para tetangga bahwa sebaiknya aku disekolahkan saja, soal biaya mereka siap membantu karena mereka bilang sayang bila aku tidak disekolahkan padahal kemauanku sangat tinggi. Akupun sangat kegirangan setelah itu Tuhan pun selalu memberikan jalan ada tetangga yang memberiku sepatu bekas, ada juga yang membelikanku baju sekolah.

singkat cerita aku diterima di SMUN 1 Bosar Maligas, sekolah yang berada dikecamatan lain.disana aku tinggal dengan adik ayah kebetulan adik ayah menikah dengan orang sana dan menetap disana. Setiap pulang sekolah aku membantu adik ayah  mengambil air disumur umum karena pada saat itu air disana susah untuk mendapatkannya. Keluarga adik ayah sangat senang karena dengan keberadaanku bisa membantu meringankan pekerjaan mereka. Terkadang aku juga sering membantu mereka keladang. Biaya sekolahkupun sekarang mereka yang membayarnya, mereka juga tidak mau menerima uang bulanan dari ayahku untuk biaya makanku, lagi-lagi Tuhan terus memberikan jalan bagiku.

Setahun sudah berlalu aku  tinggal bersama adik ayah. Waktu itu aku dipanggil oleh bapak kepala sekolah aku ditawari pekerjaan sebagai penjaga sekolah tugasku menjaga sekolah, membuka dan mengunci pintu sekolah, memotong rumput sekolah dan lainnya, aku diberi gaji setiap bulan, diberi tempat tinggal disekolah, dan dibebaskan dari biaya sekolah. Akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku memberi tahu hal itu kepada adik ayah sambil memohon ijin untuk tinggal disekolah dan merekapun mengijinkannya.

Tahun 2003 aku tamat dari SMAN 1 Bosar Maligas. Setamat dari SMA aku memiliki tabungan yang aku kumpul dari gajiku selama  bekerja di SMA. Tabungan itu aku gunakan untuk mendaftar kuliah di PTS. Aku tidak mencoba masuk PTN karena aku takut tidak cukup biaya kedepannya karena terlalu jauh dimedan. Sambil kuliah aku bekerja serabutan untuk mencari biaya kuliah, aku pernah bekerja menjadi kuli bangunan, mencari upahan di ladang orang sampai sebagai kuli angkut barang. Akhirnya tahun 2008 aku berhasil menyelesaikan kuliahku, kebetulan tidak sampai satu bulan setelah ijazah kuterima saat itu ada penerimaan CPNS, akupun ikut melamar dan alhamdulillah aku lulus peringkat pertama. Kebahagiaan yang luar biasa bagiku, didaerahku bisa menjadi seorang PNS adalah sesuatu yang luar biasa. Orang-orang rela membayar ratusan juta rupiah asalkan mereka bisa menjadi seorang PNS.

Tahun 2012 aku lulus sertifikasi, lengkap rasanya kebahagiaan ini, semua kebahagiaan ini aku persembahkan buat orang tua dan istri tercinta.

Demikianlah tulisan ini saya buat sebagai tugas mengikuti diklat online semoga kita dapat mengambil hikmahnya bahwa dimana ada kemauan disitu ada jalan. Maaf bila tulisannya buruk karena memang saya akui saya jarang menulis. Semoga yang membaca dapat memakluminya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline