Lihat ke Halaman Asli

Santri Kendel

@NgopiYuk

Refleksi Amal Seorang Hamba

Diperbarui: 30 Desember 2021   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixy.org

Dalam Islam amal berupa mengerjakan perkara yang diperintah dan menjauhi perkara yang dilarang oleh Sebagian kelompok dipahami sebagai komponen pokok keimanan. Ketika amaliah itu ditinggalkan, maka hal tersebut menyebabkan seorang yang meninggalkan secara otomatis diakatakan  keluar dari iman, tapi tidak sampai kafir menurut pandangan kelompok Muktazilah. Sedangkan menurut Khawarij mereka yang meninggalkan amaliah yang berpotensi menjebak dirinya pada dosa besar secara otomatis akan meyebabkan diri mereka kafir.

Di sisi lain ada sebagian kelompok yang memandang abai terhadap keberadaan amaliah. Hal ini terjadi karena kesalahan mereka memahami hakikat ketuhanan. Menurut mereka jika ketentuan masuk surga dan neraka merupakan kehendak Allah, maka untuk apa kita harus beramal?

Dalam hal ini jika kita mengikuti pendapat kelompok yang pertama, maka betapa banyak dari saudara kita sesama muslim yang telah keluar dari Islam. Selain itu betapa banyak dari kita yang membanggakan amal yang telah kita kerjakan, seakan-akan amal itulah yang akan menyebabkan kita masuk surga. Padahal pada kenyatannya Allah lah yang berhak memasukkan setiap hambanya ke dalam surga, sebagaimana hadis: "Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga dan menyelamatkan dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah" (HR. Muslim no. 2817).

Sedangkan jika kita mengikuti pendapat kedua, maka akan kita dapati bahwa hal tersebut bertentangan dengan Realita yang ada. karena pada kenyataannya Allah justru memerintahkan kita untuk senantiasa taat dalam mengikuti segala perintahnya.

Lalu bagaimana sebenarnya pemahaman yang benar dalam Islam terkait dengan posisi amal bagi seorang hamba. Berikut adalah uraiannya:

Baca juga: Dalil Nakal Selamat Natal

Pertama: kedudukan amal sebagai penyempurna iman, bukan bagian dari iman

Amal dan iman merupakan entitas berbeda. Jadi bukan merupakan satu bagian utuh. Meskipun berbeda, keduanya saling memiliki keterkaitan. Di sini posisi amal adalah sebagai penyempurna keimanan. Ketika seorang beramalah saleh dan meninggalkan setiap perkara maka seseorang telah mencapai kesempurnaan iman. Karena hal tersebut menjadi bukti kesungguhan iman. 

Sebaliknya bila seseorang meninggalan amal, maka kesempurnaan itu akan sirna. Akan tetapi kesirnaan itu tidak sampai menyebabkan orang tersebut terjerembab pada kekafiran. Alasannya simpel, karena amal bukan bagian dari keimanan yang membuat kita bisa kufur jika meninggalkan-nya  (Tuhfatul-Murid Syarh Jauharatit-Tauhid, hlm. 34-45). Tentang hal ini Allah berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal."  Tentang ayat ini Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa ayat ini menjadi dalil bahwa iman bisa bertambah dan bisa berkurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline