Sampai hari ini saya masih ingat percapakan teman-teman sekantor pada tahun 2001. Pada saat itu saya bekerja di sebuah konsultan IT dibilangan Tebet Timur - Jakarta Selatan. Berikut petikan percakapan antara teman-teman dan saya bila berbicara kota Bekasi : "Tinggal di Bekasi? waduh jauh banget, apa disana ada taksi sampai malam? apa masih ada bendera Indonesia di sana". "Waduuh ini orang tidak kenal kota Bekasi, Bekasi itu jaraknya cuma setengah jam kalau tidak macet dari arah Cawang, berarti masih di wilayah Indonesia" jawab saya dengan tampang sebal, Bekasi itu tidak seperti yang lu kira", kemudian saya menambahkan "Kota Bekasi itu sama saja dengan kota lain di sekeliling Jakarta, seperti Depok, Tangerang atau Bogor" -- lalu teman saya menjawab "hahaha gua kira Bekasi itu daerah terbelakang" canda teman saya. Begitulah persepsi warga yang tidak pernah tinggal atau lebih jauh lagi tidak mengenal Kota Bekasi lebih dekat.
Keadaan Kota Bekasi 9 tahun lalu dibanding dengan sekarang sangat jauh berbeda. Menurut saya Kota Bekasi tumbuh dengan cepat, bila dibanding dengan Cikarang (sekarang masuk kabupaten Bekasi) maupun Karawang. Mengapa saya membandingkan dengan dua kota tersebut?, jawabnya adalah karena Cikarang dan Karawang memiliki tautan dalam sejarah dan perkembangan kota Bekasi sejak jaman kerajaan Taruma Negara (356-669), jaman Hindia Belanda hingga jaman perang Kemerdekaan.
Melihat perkembangan infrastruktur kota Bekasi membuat saya semakin betah tinggal di Bekasi. Karena dengan infrastruktur yang baik akan sangat membantu saya dalam beraktivitas, hal ini dikarenakan pengalaman saya pada saat infrastruktur jalan antara Jatiasih-Kota Bekasi masih terganggu, sangat menguras energi yang disebabkan oleh jalan menjadi macet karena kendaraan yang saya tumpangi harus berhati-hati terhadap lubang yang menganga mulai dari yang kecil sampai lubang besar layaknya kubangan kerbau.
Dengan terus berkembangnya infrastruktur di Kota Bekasi seperti pusat perbelanjaan, fasilitas Rumah Sakit, akses sarana jalan yang baik, akan menambah nilai keekonomian dari aset yang dimiliki oleh warga yang tinggal di Kota Bekasi. Misalnya saja rumah tempat tinggal, terutama ruko yang berlokasi di sepanjang Jl. A.Yani. Sebagai contoh dahulu ruko yang dibeli oleh Kantor tempat saya bekerja nilainya hanya ratusan juta saja pada tahun 2001, saat ini nilainya sudah mencapai milyaran. Saya berharap infrastruktur yang telah terbangun bisa lebih dioptimalkan untuk kemajuan bersama dan dirawat untuk kelangsungan pemanfaatan bagi orang banyak. Karena dana yang diperoleh untuk membangun infrastruktur di Kota Bekasi berasal dari pajak yang kita bayar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H