Lihat ke Halaman Asli

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 37

Diperbarui: 16 Februari 2016   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, The Wedding #Part 36

Rizal memasuki kamar Liana, ia menghentikan langkah dengan apa yang di dapatinya. Beberapa potong rajutan yang tak selesai berserakan di lantai, lalu pandangannya merangkak hingga menemukan tubuh Liana yang terduduk di lantai bersender ranjang di belakangnya. Tangannya sibuk dengan jarum panjang dan benang, ia sedang merajut sebuah sweter hangat, terlihat serius sekali. Sesekali peluh jatuh dari dahinya karena kipas di kamarnya tak ia nyalakan, mungkin karena asyik dengan apa yang di kerjakannya sampai lupa menyalakan kipas.

Rizalpun melangkah mendekat, ia memungut satu potong rajutan yang tak selesai itu, benda yang di ambil itu seperti lengan baju, cukup kelonggaran kalau ia kenakan, mungkin karena itu harus di hentikan. Ia mengelus kain itu, halus sekali, Liana memakai benang yang tak biasa, pasti harganya mahal. Lalu iapun melanjutkan langkah, Liana tahu suara langkah kaki pria itu tapi saat ini ia ingin menyelesaikan pekerjaan hingga tak menoleh. Rizal duduk bersila di depannya, mengamati benda yang sedang di buat wanita itu. Apalagi tulisan di dada kanan sweter yang sedang di kerjakannya,

Nicky!

Liana membuat itu untuk Nicky, bahkan setelah berbulan-bulan di campakan, tak di hiraukan, tak di cari oleh suaminya, wanita itu masih mencintainya. Bahkan merajut sebuah sweter indah dengan ukiran namanya, sweter yang belum tentu Nicky mau menyentuhnya, apalagi memakainya.

"Liana, dari tadi kau mengerjakan itu. Kalau sudah letih, istirahat dulu!" suruhnya, "tanggung, sebentar lagi selesai!" sahutnya tanpa menoleh. Ia sedang menyelesaikan bagian lehernya dan sebentar lagi jadi, ini pertama kalinya ia melakukan hal itu.

"Liana....!"

"Kau tahu!" potong Liana menghentikan pekerjaannya, menatap Rizal, "Lihat!" katanya menunjuk potongan-potongan yang betebaran di lantai dengan matanya, Rizal menengok sejenak.

"Dulu Sinta yang mengajariku, aku baru mempraktekannya lagi dan sudah hampir lupa bagaimana caranya. Aku sudah menghabiskan banyak benang sampai bisa menghasilkan sweter ini, jadi diamlah sebentar. Aku tidak kau hasil akhirnya jelek dan harus mengulanginya, aku sudah tidak punya uang lagi untuk membeli benang baru!"

"Kalau begitu harusnya kau beli benang yang biasa dulu!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline