Sebelumnya, The Wedding #Part 35
"Mau apa kalian?" panik Liana ketika orang-orang itu mendekatinya, ia bangkit untuk lari tapi salah satu dari mereka meraih lengannya dan menghempaskannya ke sofa. Belum sempat ia bergerak orang itu sudah menarik tangannya, ia pun meronta, menampik, mengibas, menendang, ketika ke empat yang lainnya ikut menyerbunya.
"Jangan..., lepaskan, lepaskan aku, arghhh....,pergi!" teriaknya, tapi orang-orang itu malah tertawa kesenangan sementara Liana terus saja meronta, "arghh..!" serunya ketika ia merasakan ada bagian bajunya yang koyak, "tidak, jangan...jangan sentuh aku, argh...lepaskan..., argh....tidak...!" tangisnya, airmatanya sudah membajiri pipi dan lehernya. Sementara Anthony asyik merekam adegan itu dengan handycam di tangannya seraya tersenyum puas.
Liana masih meronta sekuat tenaga meski ia tahu ia tidak akan mampu melawan mereka semua, tapi ia akan lebih memilih mati daripada harus menyerah dengan perlakuan mereka.
"Biadab!"
Suara lantang itu membuat suasana hening seketika, semua mata mengarah ke arah sumber suara kecuali Liana yang langsung beringsut meringkukan diri, mendekap dirinya sendiri dalam sedu sedannya. Mata Rizal tajam menatap ke arah kerumunan lima orang di sofa, lalu beralih ke Anthony yang masih memegang handycam di tangannya. Tanpa ada kata lagi Rizal langsung saja menerjang Anthony, menghadiahinya sebuah tinju di wajahnya hingga terpental dan membuat handycamnya terlepas.
Sontak lima orang itupun berhambur meninggalkan Liana untuk membantu bosnya tapi dua orang lain menghadang dan langsung menyernagnya, itu Panjul dan Rino yang Rizal ajak. Terjadi baku hantam di ruangan itu hingga membuat tempat itu berantakan, vas yang pecah, meja terbalik dan lain-lain.
Akhirnya Rizal berhasil membuat Anthony tergeletak di lantai, ia di atasnya, bersiap melancarkan serangan ketika seseorang menarik tubuhnya, meninjunya hingga terantuk tembok. Kesempatan itu di manfaatkan Anthony untuk melarikan diri, sementara Rizal menghadapi Heru, pria yang menariknya tadi yang merupakan ketua dari empat orang lainnya yang masih baku hantam dengan Panjul dan Rino.
Liana sendiri sudah tak mampu memperhatikan apapun selain meringkuk ketakutan, ia pernah mengalaminya dulu. Hanya satu orang, dan itu sudah cukup menyisakan luka yang sulit untuk ia tepiskan. Lalu sekarang, jika ia harus mengalaminya akibat beberapa orang, entah apa jadinya dirinya.