No. 20, Y_Airy
Kembali, senyum itu....
Menggema, menggetarkan jiwa ini, entah.....aku yang gila atau sudah tidak waras? Ku rasa sama saja kan! Hanya sebuah senyum, yang ia lemparkan padaku secara tak sengaja, membuat jiwaku terbang melayang ke angkasa. Siapa aku ini? Berani memimpikannya tiap malam, mengkhayalkannya tiada henti.
"Sadar Ren, siapa kamu siapa dia!"
Otakku terus saja membujuk, mencoba membawaku kembali pada kenyataan yang ada, tapi hati ini......., sungguh tak mampu menampik gejolak yang menumbuh tak terkendali. Sejak pertama kali ku lihat senyumnya di depan gerbang sekolah, aku sudah langsung terlempar ke dunia yang semua orang sebut dengan nama, cinta!
Setiap kali dia melewat di mana diriku berada, lalu melirik dengan senyum kecil, jantung ini rasanya hendak meloncat dari rusukku, pipiku memerah, darah mengalir dengan cepat hingga ke ubun-ubunku, membuat wajahku panas, pias.
Mungkin aku memang pengecut karena tak punya nyali tuk menghampiri, maklumlah, aku tak sepopuler Doni, si kapten klub basket. Atau Richi, si ketua Osis, atau Jef sang playboy. Aku lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan melahab buku-buku tebal, entah buku sastra, pelajaran, ekonomi dan lain-lain, tentunya juga bersama beberapa temanku.
"Eh Ren, aku perhatiin kamu suka banget nyuri pandang ke Adinda, kamu suka kan sama dia?" celetus Tari seenaknya, "ya...kalau aku nyuri-nyuri pandang wajarlah...., Dinda kan cantik, populer, sejak dia masuk ke sekolah ini dia udah langsung jadi pujaan. Siapa sih yang nggak ngelirik dia!" ujarku.
"Tapi kan sampai sekarang Dinda masih jomblo tuh, artinya....kamu punya peluang!"
"Peluang apaan?"
"Kita udah lama berteman, sejak SMP, aku nggak pernah tuh lihat kamu nyuri-nyuri pandang ke cewe seperti yang kamu lakukan ke Dinda, akui aja kalau kamu emang suka!" aku terdiam, rupanya Tari bisa membaca mataku. Kami memang sudah lama berteman, bahkan aku dulu yang nyomblangin dia sama Putra, dan hubungan mereka mulus hingga saat ini.