Lihat ke Halaman Asli

Cengkrama Api dan Kabut

Diperbarui: 23 September 2015   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  

Kau bertanya padaku, kenapa aku meraung?

Hanya karena ku tak bisa lahirnya tetes airmata, bukan berarti aku tak bersedih, bukan berarti aku tak peduli, akupun punya rasa, terselip jerit dengan tangis mereka,

Lihatlah.....

Kini aku terkenal kejam, menyesaki ruang-ruang tanpa sisa, menebar pekat, dunia menghujat! Kenapa kau tiupkan nafas iblis padaku? Menyeretku hinggap pada dada mereka,

 

Heah.....

Kau lemparkan salah padaku, seolah semua adalah kehendakku, apa kau pikir ini juga inginku? Apakah aku bangga ketika berkobar, berkibar merah mengudara, mengangkara, menyantap segala kering yang ada, mengubahnya jadi arang, jadi abu,

Mungkin aku tak memiliki airmata, tapi bukan berarti aku tak bisa menangis, apa kau juga tak bisa denger jeritku? Aku lebih dulu tercela sebelummu, lebih dulu terhujat, karena saat aku menari semuanya lenyap, hancur, ketika aku menjerit, semua melantah, tak tersisa,

 

Tapi aku tercipta karenamu, aku ada karena kau ada, kau tak bisa menghentikan diri-akupun juga, jengah.....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline