Lihat ke Halaman Asli

Desah Ranjang

Diperbarui: 29 Agustus 2015   15:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pernah aku melihat tawa, dimana saat bibirmu menebarnya, menggelak memenuhi ruang, ruang pengap dimana aku bersemayam, perasaan ria yang terkumpul dan tertumpu, beradu di dalamku, bermain menggodaku, seakan akupun ikut tertawa,

Aku masih ingat....

Kau datang padaku membawa larik bahagia, memelukku seakan takut aku akan beranjak, kau membagi sukamu, menari bersamaku, dengan ulasan senyum yang tercetak indah,

Aku juga ingat.....

Sering kau bawa tangis padaku, mengadu, mengaduh, hingga ku seka airmatamu dengan tanganku, menenggelamkan dukamu bersama detak waktu, kau memelukku, membasahiku, dan aku seperti hal lainnya di ruang ini, hanya mampu memelukmu dalam diam, hanya mampu menatapmu tuk memohon, tapi entah....apa kau tahu!

Kala malam tiba, kau meminjam kehangatan dariku, memintaku memberikan jiwa tuk memelukmu, ku lakukan! Aku bahkan tak pernah menolak tatkala kau lampiaskan amarahmu padaku, mengobrak-abrik diriku, memukulku, menendangku, apakah aku marah? Aku bahkan tak pernah protes! Ketika kau mulai berjarak menjamahku,

Aku melihatmu tumbuh, melihatmu mekar, di setiap detik, di setiap waktu, melihat senyum saat sesuatu yang indah menjamahmu, aku mleihatmu menangis, melihatmu tertawa, melihatmu marah, dan setia padamu kapanpun kau kembali,

Entah apa yang terjadi?

Tergores rindu di dada ini, tatkala kau tak jua ku temukan, tak ada lagi tawa, tangis, yang bisa ku dengar dari bibir mungilmu, suara derap langkah kaki yang dulu menderu, pun tak lagi ku rasa, sepi...., sunyi, hanya desingan angin di jendela yang menyapa,hanya detak jam dinding yang meraung, aku rindu....

Rindu dimana kau selalu datang padaku, saat suka, saat duka, rindu dimana kau memelukku dengan airmata dan tawa, rindu dimana kau memukulku tatkala marah. Tidakkah kau juga rindu padaku? Rindu dimana selalu ku pinjamkan kehangatanku, tapi kau tahu, aku tidak akan pernah pergi, aku masih di sini, tepat di sini. Dimana kita berbagi derita, dimana kita berbagi ceria, mungkin tak seindah dulu, mungkin sudah berayap, rapuh, tapi....aku selalu di sini, dan akan tetap di sini.

 

Jakarta, 29/8/15

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline