Lihat ke Halaman Asli

Price of Blood #Part 25

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 25

Sammy menatap tajam orang yang di todongnya yang tidak lain adalah saudara sedarahnya sendiri, Sharon hanya mampu terpaku. Menunggu apa yang akan terjadi pada dirinya, benarkah Sammy akan menembaknya? Jantungnya berpacu semakin cepat, keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuhnya.

Ia berharap ada sebuah keajaiban, beberapa saat lalu Ferian yang hampir meledakan kepalanya. Ok, itu bisa di terima karena pria itu memang penjahat tapi kali ini, yang menodongnya adalah kakaknya sendiri. Butiran bening mulai menjebol matanya, ia bukan takut mati ia menangis karena yang hendak membunuhnya adalah saudaranya sendiri.

Sammy tak menampakan ekspresi apapun, sorot matanya cukup dingin. Terlihat jarinya mulai bergerak, siap menarik pelatuk dan melesatkan sebuah timah panas ke arah Sharon. Seketika tubuh Sammy terjatuh ke lantai, Budi menarik kaki anak lelaki itu hingga tersungkur. Senjata api di tangannya terlepas seketika. Sharon masih terdiam, sementara Sammy segera berbalik ketika Budi merangkak menghampirinya. Kembali terjadi perkelahian, tapi kali ini Budi tak memberi kesempatan bagi anak lelaki itu untuk bangkit di atas kakinya. Mereka bergulingan seraya saling serang, Sharon melihat kakaknya mulai lemah. Darah keluar dari mulutnya, sekarang posisi Budi berada di punggung Sammy. Menahan leher anak itu dengan kedua lengannya, Sammy terlihat meronta. Sharon semakin panik karena mengira pria itu hendak membunuh kakaknya. Iapun menghampiri mereka, mencoba melepaskan tangan Budi dari leher kakaknya.

"Hentikan, dia bisa mati!" pintanya.

Tapi Budi tak menghiraukan hal itu, "aku bilang hentikan, kau bisa membunuhnya!" rengeknya. Perlahan tubuh Sammy melemah dan berhenti bergerak, baru saat itu Budi melepaskannya Sammy yang terkulai lemas. Sharon segera memungut tubuhnya, "Sammy, Sammy!" serunya menggoncang tubuh anak itu.

"Apa yang kau lakukan?" katanya pada Budi, "dia hanya pingsan, itu cara terbaik membuatnya tenang. Sebaiknya kita membawanya keluar dari sini secepat mungkin sebelum dia bangun dan kembali menyerangmu!"

Itu benar, siapa tahu saja saat Sammy sadar ia kembali akan menyerangnya seperti beberapa saat lalu. Budi membantu Sharon memapah Sammy padahal tubuhnya sendiri lemah akibat timah panas di dadanya, ia mencoba bertahan karena ia sudah berjanji pada Danny akan membawa anak-anaknya keluar dengan selamat.

Sementara Danny masih bergulat dengan Ferian di dalam ruangan berkaca itu, tubuh Ferian berkali-kali terbanting. Ia bahkan memungut senjata Danny dan menembak beberapa kali, tapi karena Danny berhasil menghindar maka peluru itu mengenai tabung berisi zat berbahaya beberapa kali. Tabung itu tidak pecah, hanya retak di beberapa sisi. Di tambah lagi dengan terkena hantaman tubuh yang terpental, pukulan kursi. Dari retakan itu mulai muncul gas yang sedikit demi sedikit mulai memenuhi ruangan.

Ferian masih mencoba menyerang Danny, ia tahu dirinya tidak akan mati menghirup gas beracun itu karena penawar yang dibuat sudah ia masukan ke dalam darahnya. Tapi tetap saja ia ingin membunuh Danny dengan tangannya sendiri, gas beracun yang bocor dari dalam tabung itu akan melemahkan Danny dan itu akan mempermudah jalannya.

Sementara Sharon dan Budi yang membawa tubuh Sammy keluar dari sana berpapasan dengan Jendral Jonan dan anak buahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline