Lihat ke Halaman Asli

Price of Blood #Part 21

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 21


Aksi baku tembak masih berlanjut, beberapa mayat sudah menggelepar dengan tubuh berlubang. Dengan adanya Rocky atau sebut saja Budi sekarang, meski nama itu cukup janggal terucap dari lidahnya tetap saja Danny memanggilnya dengan nama aslinya sekarang. Pria itu cukup membantunya saat ini, ya....setidaknya dirinya tak sendiri.

Tak terlalu lama untuk melumpuhkan mereka semua, keduanya sudah menguasai derah pos kedua.

"What next?" tanya Budi.
"Aku akan lanjut dan ku pikir....kau tinggal di sini!"
"Apa?"
"Aku butuh seorang sniper untuk melindungiku masuk, kau bisa lakukan itu kan?"
Budi terdiam, ia melihat ke atas menara. "ok, tak jadi masalah. Tapi jika kau kerepotan di dalam, mungkin aku juga bisa membantu!"
"Aku akan menghubungimu jika perlu nanti!"
"Jika perlu!" desis Budi mencibir,

Beberapa orang memasuki ruangan tempat Sammy berada, anak lelaki itu langsung bersiaga. Ketika orang-orang itu mendekatinya ia mencoba melawan. Kebetulan ikatannya sudah terbuka dengan pisau yang ia selipkan di dalam sepatunya, sebelumnya ia bahkan mencoba mencongkel pintu sayangnya, pintu itu hanya bisa di buka dengan menggunakan kode dari luar. Karena jumlah lawannya cukup banyak, Sammy sedikit kewelahan meski sebenarnya ia juga bisa mengalahkan mereka semua. Tapi saat dirinya mencoba meninju salah seorang, yang lain menangkap lengannya dan langsung menyuntikan sesuatu pada tubuhnya. Sammy menendang orang itu, tapi akibat dari suntikan itu membuatnya limbung. Matanya mulai kabur dan kepalanya berputar, ia masih mencoba melawan hingga kena pukul dan tak sadarkan diri.

Mereka membawanya keluar dari ruangan itu dan memindahkannya ke ruangan lain. Menidurkannya di sebuah ranjang. Ruangan itu penuh dengan perlatan, profesor Kemal mendekati tubuh Sammy yang tak sadarkan diri. Ia memandangi wajah anak itu, mengingatkannya pada seseorang.

Ferian memasuki ruangan itu, mendekati profesor Kemal.
"Apa lagi yang kau tunggu, lakukanlah?"
"Tapi Ferian, kita bahkan belum tahu apa efeknya nanti!"
"Bukankah kita sudah melakuan uji coba berulang kali!" kesalnya, "lalu apalagi yang kau takutkan?" tambahnya. "ujicoba yang kita lakukan terhadap binatang dan orang dewasa, bukan anak-anak!"
"Kau bisa mengatur dosisnya kan, nyatanya semua tes berjalan lancar. Aku ingin....kau lakukan itu sekarang!" suruhnya.

Ferian memandang Sammy, "anak ini bukan anak sembarangan, dia lebih kuat dari dugaanmu. Aku yakin ini akan berhasil. Lakukan sekarang atau.....kau mau keluargamu yang menanggung akibatnya?" ancam Ferian.

Ferian memang menahan keluarga profesor Kemal sebagai jaminan agar orang itu bersedia bekerja sama dengannya selama ini. Selama profesor Kemal menurutinya, keluarganya akan baik-baik saja. Tapi ia sempat kehilangan salah satu putranya karena pernah menolak keinginan Ferian beberapa tahun lalu dan ia tak ingin hal itu terulang.

*****

Danny mulai mengendap tak jauh dari gerbang pintu masuk lab itu, penjagaannya lumayan juga. Dari atas menara Budi sudah membidik beberapa cctv di jalan Danny. Ia juga mencoba mengamati, mencari jalan masuk lain selain melalui pintu utama. Danny bahkan sudah berpesan, jika keadaannya sudah memungkinkan maka Budi harus menghubungi Jenderal Jonan yang memang sudah siaga di Markasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline