Lihat ke Halaman Asli

White Rose #4; Perpisahan

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dika menjemput Rose dan mengajaknya bermain di lapangan, Dika benar-benar mengembalikan semangat Rose. Dia terus meyakinkan gadis itu bahwa kakinya pasti akan kembali normal dan gadis itu bisa menjadi pemain basket yang hebat seperti impiannya.

Rose duduk untuk melepas lelah di samping Dika, "Mawar, aku sangat senang bisa ketemu kamu di sini!" seru Dika, Rose terdiam. Ia mengerti maksud Dika, bahwa Dika akan segera kembali lagi ke kota. Rose tertunduk, ia merasa sedih dengan kepergian Dika tapiia juga tak bisa melarangnya bukan?

"Aku masih pingin di sini, tapi.....aku tetap harus kembali ke Jakarta!"
"Kapan kamu akan pulang ke Jakarta?"
"Besok!"

Rose menolehnya, "besok?" desisnya. Rose kembali terdiam dan melempar pandangannya ke depan. Sekarang Dika yang menatapnya, ia tahu ada kesedihan di antara mereka. Ia juga merasa sangat berat berpisah dengan Mawar padahal mereka baru bertemu kemarin. Ia menyadari ada sebuah rasa lembut di hatinya sejak bertemu dengan gadis itu. Entah apa namanya, tapi mungkin orang dewasa bisa bilang itu cinta pada pandangan pertama. Mungkin suatu saat jika sudah dewasa ia akan mengerti apa perasaan itu sesungguhnya.

"Aku cuma sedih karena kamu satu-satunya teman yang aku punya!" desis Rose, "kok kamu bilang gitu, kamu itu kan baik. Aku yakin kok, nanti kamu akan dapat banyak teman!" Dika mencoba memberinya semangat lagi.

"Mana ada yang mau berteman sama anak pincang kaya' aku!"
"Kamu jangan bicara seperti itu, kamu harus yakin kalau kamu pasti akan sembuh. Kamu akan segera membuang tongkat itu, kamu akan berlari, meloncat dan melakukan apapun yang kamu suka!"

"Tapi dokter bilang....!"
"Dokter itu bukan Tuhan, mereka tak bisa menvonis kita seenaknya. Selama kita mau berusaha, kita pasti bisa. Jadi kamu jangan pernah menyerah!"

Rose kembali memandang Dika, "terima kasih ya, kamu selalu memberi aku semamgat!" Rose melemparkan senyuman manis, Dika membalas senyuman itu. "kamu jangan khawatir, aku akan kasih kabar kalau sudah sampai di Jakarta!"

Mereka ngobrol lama di sana seraya bercanda, setelah itu Dika menggendong Rose di punggungnya. Sama seperti dulu Ricky suka melakukannya, hal itu membuat Rose teringat kakaknya dan harus menitikan airmata.

"Apa kita akan ketemu lagi?" tanya Rose, "tentu saja, kenapa nggak?" sahut Dika, ia berjalan perlahan karena menggendong Rose di punggungnya.

"Memangnya kamu nggak bakalan lupa sama aku, pasti nanti kalau sudah di Jakarta kamu lupain aku!"
"Nggak bakal!"
"Beneran?"
"Ih...., kamu nggak percayaan amat sih. Dengerin ya, aku nggak bakal lupain kamu sampai mati!" janjinya, "jangan bicara seperti itu, aku nggak suka!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline