Lihat ke Halaman Asli

Ku Lihat Surga di Matamu # 13

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Adit tertidur di sofa dengan lelap. Raka bangkit dari ranjang, ia mengambil lukisannya yang sudah di bungkus dan ia tulisi " untuk Adit & Isa" ia meletakkannya di di atas meja di samping tempat tidur dengan posisi bersandar ke dinding.


Kemudian Raka menghampiri Adit yang terlelap pulas di atas sofa yang sempit. Raka memandangnya dalam-dalam seolah untuk yang terakhir kalinya. Rakapun kembali ke ranjangnya, merebahkan dirinya di sana secara perlahan. Karena seluruh tubuhnya sudah sangat lemah. Ia merasakan sakit itu lagi, tapi sebisa mungkin ia menahan meski sebenarnya rasa sakitnya tak tertahankan.

Tubuh Raka semakin melemah, rasanya seluruh tenaganya habis. Pandangannya mulai kabur hingga benar-benar hilang. Ia mencengkeram sprey kasur untuk menahan rasa sakit itu, hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Ia sudah merasa sedikit tenang, ia yakin suatu saat Adit dan Isa akan bersatu.


Malam pun berganti fajar, cahaya jingga di ufuk timur mulai memudar ketika matahari mulai menyembul keluar dari persembunyiannya selama semalaman. Sinarnya yang keemasan masuk menerobos kamar Adit melalui jendela yang berhiaskan korden putih dan menerawang wajah Adit , membuatnya terjaga dari tidurnya.


Dengan mata yang masih sedikit mengantuk ia bangkit dan berjalan, membuka kordennya terbuka lebar. Kemudian Adit menghampiri Raka di ranjangnya. Adit duduk dan menyentuh tubuh Raka.

" Ka!" panggilnya pelan.

Tapi tubuh Raka terasa dingin, Adit mulai panik.

" Ka, Raka!" panggilnya lagi, ia mencoba membangunkan Raka, menggoncangkan tubuh Raka yang terkulai lemah di atas ranjang bersprey biru laut itu. Tapi Pria itu sama sekali tidak bereaksi, ia tetap bergeming di sana.

" Raka, Ka bangun!" pintanya. Adit pun memeriksa jantung dan nadi Raka, Adit tak,menemukan apapun, jantung Raka tak berdetak, nadinya juga tak berdenyut. Sekarang malah jantungnya sendiri yang rasanya berhenti berdetak.


Raka sudah tak bernyawa lagi, dia sudah pergi. Pergi jauh meninggalkannya, tubuh Adit melemas. Butiran bening menggelinding dari ujung matanya. Ia menangis, terisak seperti anak kecil yang baru saja kehilangan ibunya. Adit memeluk Raka yang sudah tak bernyawa dengan erat.


Isa masuk dengan membawa sarapan, seperti biasa ia tak mengetuk pintu. Dan ia juga di kejutkan oleh pemandangan yang di temukannya. Melihat itu tubuh Isa jadi lemas, barang yang ada di tangannya jatuh berserakan ke lantai. Airmata Isa juga merembes lagi, menganak sungai. Kepergian Raka menyisakan pilu di hati dua insan itu. Raka sama-sama berarti bagi keduanya terlebih lagi Adit, yang selama ini menggantungkan dirinya pada Raka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline