Lihat ke Halaman Asli

Price of Honor ( Part 13 )

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ronald duduk di atas kasur, satu tangannya menyangga tubuhnya, ia masih hanya tertutupi selimut hingga sepinggang. Ada rasa perih yang ia rasakan di punggungnya akibat ukiran kuku Hikaru saat permainan mereka barusan. Ia mengangkat tangannya ke bahunya, dan menariknya. Melongokkan matanya ke sana, penasaran sepanjang apa luka cakaran wanita cantik itu, sayang jarak pandang matanya tak sampai.


Lalu ia pun menggaruk dadanya yang tertutup oleh sedikit bulu halus di sana, meski nggak gatal sebenarnya. Ia memandang wanita di depannya yang sedang mengenakan pakaiannya kembali tanpa sungkan di depan matanya. Kakinya jenjang nan mulus, membuatnya menelan ludah dan mulai membakar api di dalam tubuhnya kembali, meski tadi bibirnya sudah menelusurinya hingga jempol kaki dan naik lagi sampai ke daerah terlarang. Tak di pungkiri dia memang cantik.


Wanita ini, tiba-tiba datang ketika dirinya sedang asyik membayangkan akibat rencana liciknya sambil menikmati secangkir kopi, datang menawarinya sebuah berita penting. Bernegosiasi sedikit, lalu menyeretnya ke tempat sialan ini. Sebuah kamar hotel yang membuatnya melupakan rencana kecilnya untuk sedikit mengacaukan rumah tangga Danny Hatta. Hikaru menciuminya sejak di dalam lift, memaksanya meminta lebih. Pria mana yang akan menolak jika di tawari hal seperti itu, gratis lagi.

Ronald masih asyik menikmati setiap gerakan yang tercipta dari tubuh wanita itu ketika mengenakan pakaiannya kembali. Hal itu sungguh sangat menggoda, oh God... datang dari mana dia? Tiba-tiba muncul menyeretnya ke dalam ruangan sialan ini. Tapi meski seksi dan cantik, dia sangat kasar. Bahkan dirinya sempat mendapat tamparan dan pukulan sebelum mencumbunya, sepertinya dia seorang maniak atau gemar menyiksa orang.


Hikaru berbalik dengan menyibakkan rambutnya yang indah setelah memakai jacketnya kembali. Berjalan melenggok dengan anggun ke arah Ronald yang memandangnya dengan tatapan yang penuh dengan hasrat yang menggebu, ingin rasanya ia kembali menyeretnya ke dalam dekapannya. Tapi ia malah hanya diam sampai wanita itu berdiri di hadapannya, menatapnya dengan senyum manis yang nakal, sebuah tatapan kepuasan. Hikaru naik ke ranjang, duduk di pangkuan pria itu yang belum sempat mengenakan pakaiannya kembali, mengalungkan kedua lengannya ke leher kekar itu sambil berbisik,

" Aku mau isu berita itu tersebar ke media besok pagi, jika tidak aku akan menemukanmu dimanapun kau berada. Aku bukan pemaaf, jadi lakukan tugasmu dengan baik!" katanya dengan lembut tapi cukup mengancam, Ronald mengenali ancaman itu.

Dia menelan ludah untuk sekedar menguasai diri dari setan yang sedang berusaha menggodanya untuk kembali memeluk wanita itu lebih dekat lagi ke tubuhnya.

" Jangan khawatir, ku pastikan besok seisi kota akan heboh!" janjinya.

" Ku harap begitu!" sahutnya lalu mendaratkan sebuah ciuman lagi ke mulut Ronald, Ronald pun menyambut dan membalasnya, tapi sayang wanita itu tak berniat meneruskannya, ia melepaskan Ronald lalu meloncat turun dari ranjang. Berjalan ke arah pintu dan dengan sekejap menghilang dari pandangannya pria yang masih di penuhi hasrat yang duduk di dalam kamar yang masih bau birahi.


Ronald masih terdiam, mimpi apa dia semalam hingga bisa di datangi wanita cantik dan mencumbunya, meski hingga detik ini dia bahkan tak tahu namanya, tapi wanita itu tahu dirinya, namanya dan pekerjaannya. Darimana dia tahu dirinya? Dan siapa wanita itu sebenarnya? Kenapa dia memilih dirinya untuk menyebarkan berita itu. Apakah berita itu benar atau hanya sekedar isapan jempol semata. Hanya sebuah gosip untuk menurunkan martabat dan kehormatan seorang Menteri.


Ronald jadi tak sabar menunggu reaksi orang-orang terkait setelah artikelnya terbit, dan affair Danny Hatta akan menjadi bumbu yang sedap sekali, mantappp! sebuah senyum mengembang di bibirnya. Roni Sanjaya pasti akan senang dengan apa yang dia dapatkan, dan tidak akan ngomel lagi dan memakinya seenaknya. Tapi bosnya itu memang begitu kan! Tiba-tiba senyumannya itu menghilang memikirkan akibat yang akan terjadi pada dirinya karena artikelnya itu. Danny Hatta bisa saja mendatanginya dan mengulitinya, atau justru pihak pertama yang akan membunuhnya karena menyebar fitnah dan berusaha mencemarkan nama baik seotang Menteri. Ronald menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline