Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Cinta yang Terlarang # 10 ; Kado Misterius

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jesie duduk di depan meja belajarnya, ia sedang mengerjakan tugas sekolah. Tapi ia malah melamun dan senyum-senyum sendiri. Joni masuk menghampiri putrinya, ia heran melihat putrinya yang seperti orang stress.

Berdiri di samping Jesie.
"Wah...sejak kapan putri ayah jadi gila?"
"Ha!" sesis Jesie, ia menoleh ayahnya. "Ayah, tega bangat bilang anaknya gila!"
"Kenapa senyum-senyum sendiri?"
"Nggak apa-apa. Ayah kepo deh!"
"Kalau gejalanya sudah seperti ini....biasanya berbahaya!"
"Ha, berbahaya?"
"Pasti sudah mulai kenal cowo deh, huh...!"

Jesie menggaruk kepalanya, "E.... Ayah,!" serunya sambil berdiri dan mendoro ayahnya menuju pintu yang masih terbuka, "Jesie lagi ngerjain tugas, ayah keluar aja ya!"
Joni berpegang daun pintu.
"Makanya serius belajar, jangan mikirin cowo. Ntar jadi nggak pinter sekolahnya!" pesan ayahnya.
"Ayah cerewet deh!" serunya mendorong tubuh ayahnya dan menutup pintu.
"Huh....!" desis Jesie.

Axel sedang membungkus kado ketika Siska masuk ke dalam kamarnya. Melihat Siska Axel langsung menyembunyikan kadonya di laci dan berpura-pura sedang membaca. Siska mendekat.
"Apa itu?"
"Bukan urusan loe!" jawab Axel ketus.
"O-ya, kenapa kau tak bilang kalau besok aku harus datang ke sekolah?"
"Loe bukan nyokap gue, jadi nggak perlu dateng!"
"Xel, aku menyayangimu seperti anakku sendiri!"
"Sayangnya gue nggak butuh." seru Axel berdiri melangkah menuju pintu dan menbukanya.
"Keluar, gue lagi nggak mau di ganggu!"
"Tapi Xel,"
"Keluar!" teriaknya.

Siskapun beranjak keluar dari kamar Axel. Axel langsung menutup pintu dengan kencang. Ia kembali melanjutkan membungkus kadonya.

**********

Jesie memarkir sepedanya di tempat biasa, ia melihat sepeda yang kemarin di pakai Axel.

Axel pake sepeda?
Jesiepun menggelengkan kepala dan masuk saja, baru menginjak teras seseorang memanggilnya.
"Jes!"
Jesie menoleh, itu Antony.
"Loe udah nggak apa-apa?" tanyanya setelah di hadapan Jesie.
"Gue! Emang gue kenapa?"
"Soal kemarin itu...."
"Oh... Udah biasa lagi. Gue masuk dulu ya!" serunya beranjak duluan, padahal Antony pingin ngajak jalan masuk bareng.

Jesie memasuki kelas dan menaruh tasnya di meja. Reta sudah duduk sambil membaca novel.
"Pagi Re!" sapanya. Tapi Reta tak menjawab, hanya melirik dan malah keluar kelas.
"Re!" desis Jesie.
Jesie menaruh tasnya di laci, saat mendorong tangannya menyentuh sesuatu. Ia pun memungutnya, sebuah kotak dengan kertas kado bergambar hati kecil-kecil, di ikat dengan pita merah. Jesie celingukan.

Punya siapa ya? Masa' buat gue sih, siapa yang kasih?

Ia mengamati benda itu, membuka ikatan pitanya dan merobek kertas kado yang membungkusnya. Kotak warna merah, semakin membuat penasaran. Jesie membukanya perlahan sambil duduk, ada secarik kertas, ia pun memungutnya dan membacanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline