Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, filsuf dan matematikawan ternama dari Prancis. Artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri. Karena saya ada maka sayapun berpikir tentang meme yang isinya terdiri dari beberapa gambar binatang yaitu monyet, Penguin, Gajah, Ikan, Lumba-lumba dan Anjing yang berbaris seolah mereka akan diuji melakukan suatu ujian, dan Ujian itu adalah Memanjat Pohon, dari gambar itu kita dibuat untuk menyimpulkan bahwa pemenangnya pasti si Monyet karena yang lain memang tidak memiliki keahlian dalam hal memanjat. Meme trsebut sering sekali muncul pada pelatihan - pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan.
Dalam meme tersebut bahkan ditambahkan sebuah quote dari salah satu orang paling jenius di dunia yaitu Albert Einstein yang berbunyi " setiap orang adalah jenius, tapi jika kamu menguji ikan dari cara memanjatnya, maka sepanjang hidupnya dia percaya bahwa dia bodoh". Quote tersebut ditambahkan seakan memperkuat pemaknaan pada meme. Pertama melihat meme disertai quote tersebut, saya berpikir, apakah benar sekelas Einstein menganalogikan peserta didik dengan binatang? Fakta yang coba saya dikumpulkan dari berbagai sumber berikut
- History.com, April 7, 2017, "Here are 6 Things Albert Einstein Never Said"
- Albert Einstein, 1952, "Ideas and Opinions"
- Princeton University Press, "The Ultimate Quotable Einstein," accessed on April 26
- Quote Investigator, April 6, 2013, "Everybody is a Genius. But If You Judge a Fish by Its Ability to Climb a Tree, It Will Live Its Whole Life Believing that It is Stupid"
menunjukkan bahwa Einstein tidak pernah mengatakan quote tersebut. Menurut sumber diatas pada tahun 1903 sebuah surat kabar di Illinois menerbitkan sebuah fabel yang disebut "Dewan Sekolah Hutan" dengan hewan dalam latar skolastik, tetapi penekanannya berbeda. Makhluk-makhluk itu tidak dapat membangun kurikulum bersama. Kemudian cerita fabel tersebut diilustrasikan dan berkembang hingga sekarang.
Fisher adalah Professor Emeritus di Annenberg School of Communication dalam bukunya Teori-Teori Komunikasi mengatakan bahwa penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol, kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Menurutnya simbol ada dalam pikiran manusia, pikiran manusialah yang membentuk simbol bagaimana manusia merepresentasikan sesuatu. Maka sebenarnya pemaknaan symbol adalah kesepakatan. Setiap orang bebas memaknai symbol ataupun gambar, pada akhirnya kesepakatan yang terjadi. Contoh lampu lalu lintas berwarna merah maka semua harus berhenti, jika ada yang merasa tidak sepakat maka harus menerima konsewensinya yaitu tilang.
Kembali pada meme diatas. Yang saya kurang sepakat pada gambar tersebut yaitu tiap-tiap binatang mewakili dari Spesiesnya masing-masing, jadi tiap hewan tersebut memang merupakan Spesies yang berbeda sehingga memiliki kemampuan khusus tersendiri untuk masing-masingnya. Tuhan menciptakan mereka dengan bentuknya yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup sesuai dengan lingkungan dan predatornya. Menurut pendapat saya manusia adalah satu spesies yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya dalam hal ini Pendidikan, maka kurang tepat jika analoginya adalah beberapa hewan yang saling tidak dapat beradaptasi bagaimanapun keras usahanya. Selain itu betapa tidak adilnya jika peserta didik dianalogikan sebagai binatang, sementara guru tetap manusia.
Arti dari meme itu memang menggambarkan ketidakadilan dalam pendidikan, namun itu tidak mencerminkan bahwa analogi tersebut dapat diadaptasi metodenya oleh manusia. Sekolah adalah tempat dimana para siwa belajar tentang dasar dari menghadapi hidup dan cara berpikir . Pendidikan lebih kepada memberi arahan atau pelajaran bagaimana bertindak dan mengambil keputusan. Pendidikan bukanlah soal Hasil tapi Proses. Maka wajar jika ujiannya seragam karena memang satu spesies.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H