Lihat ke Halaman Asli

Komentar Teman Kelas WNA terhadap Kondisi Lingkungan Indonesia

Diperbarui: 20 Desember 2024   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rei (Jepang), Carrol (Timor Leste), dan Wai Yan (Myanmar). Sumber: Dokumentasi pribadi.

Special thanks to Robbie, Anita, and Farrell as my fellow teammates.

Disclaimer : Artikel ini berisi kritik terhadap kondisi lingkungan di Indonesia sebagai bagian dari kebebasan berpendapat dan kajian akademik untuk mendorong diskusi konstruktif. 

"The world must come together to confront climate change." -Barack Obama

Sudah tidak asing lagi frasa "climate change" terutama dalam lingkungan akademik. Climate change atau perubahan iklim menurut PBB adalah perubahan jangka panjang terhadap suhu dan pola iklim yang dapat disebabkan secara alami atau buatan. 

Dampak buruk yang disebabkan oleh perubahan iklim kini sudah dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti udara yang terasa semakin panas, naiknya permukaan laut di ibu kota, dan perubahan cuaca yang tidak biasa. Jika isu ini tidak diperbaiki, akan lebih banyak dan lebih parah lagi dampak yang akan muncul di masa depan. Oleh sebab itu, sebagai orang muda, penting sekali untuk mengangkat dan membahas isu ini untuk menjaga masa depan dari risiko-risiko potensial akibat perubahan iklim. 

Artikel ini akan membahas hasil dan kontemplasi yang didapat dari produk proyek kelompok mata kuliah Pancasila di Telkom University mengenai isu perubahan iklim.

Pondasi

  • Mengamalkan Pancasila, sebagai bentuk tanggungjawab atas masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia.
  • Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 13, yakni Climate Action, sebagai bentuk kepedulian terhadap isu perubahan iklim dalam lingkup global.

Tentang Produk

Kelompok saya mewawancarai tiga teman kelas warga negara asing (WNA) yang bertema tentang lingkungan hidup. Mereka adalah Carrol Estevao Lay, Rei Hashimoto, dan Htet Wai Yan, yang berturut-turut berasal dari Timor Leste, Jepang, dan Myanmar. Dalam wawancara ini, dibahas pengalaman pribadi mereka studi di Indonesia, pendapatnya tentang lingkungan di sekitar kampus, serta perbandingannya dengan negara asal masing-masing. Video wawancara ini dapat diakses dalam kanal YouTube ini.

Komentar Mereka

Carrol (Timor Leste)

Everywhere you go, motor.

Dalam wawancaranya Carrol menyatakan bahwa masalah lingkungan di Timor Leste lebih sedikit dibanding Indonesia. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut dilandasi atas lebih sedikitnya populasi di Timor Leste. Selain itu, ia mengamati bahwa tingkat polusi lebih parah di kota-kota besar karena banyak orang menggunakan kendaraan meski hanya ke tempat-tempat dekat.

Rei (Jepang)

...in my kost, they mix everything (garbage).

Dalam pembahasannya, Rei menyebutkan bahwa budaya kuat Jepang akan kebersihan karena adanya kesadaran di setiap individu. Ia menjelaskan bahwa poin utama yang menyebabkan hal itu bukanlah pada kebijakan pemerintah, melainkan kepribadian orang Jepang.

Selain itu, terinsipirasi dari pengalamannya selama tinggal di Indonesia, Rei juga menyarankan bahwa lebih baik sampah-sampah dipisahkan, melihat bahwa sampah-sampah di kost-nya tercampur.

Wai Yan (Myanmar)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline