Lihat ke Halaman Asli

Diana

Mahasiswa

Inovasi Pesawat Parasut Menuai Catatan Kritis serta Membutuhkan Biaya Besar

Diperbarui: 12 Januari 2021   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak di Perairan Kepulauan Seribu yang menewaskan sebanyak 62 orang penumpang pada Sabtu, 9 Januari lalu, kiranya telah menambah jumlah kecelakaan pesawat terbang, baik di Indonesia maupun di dunia.

Dalam kecelakaan sebuah pesawat, kecil kemungkinan para penumpangnya masih bisa hidup. Rata-rata penumpang tewas saat pesawat menghantam lautan atau daratan.

Hampir semua industri lebih sibuk memikirkan bagaimana caranya penumpang merasa nyaman ketimbang aman di dalam pesawat. Padahal sisi keamanan jauh lebih penting daripada kenyamanan.

Mengapa industri tidak menanggapi ide rancangan "parasut pesawat" dari seorang insinyur penerbangan asal Ukraina bernama Vladimir Tatarenko. Ia pernah mengunggah ide nya di Youtube pada September 2013.

Kemudian pada Desember 2015 ia kembali mengunggah video konsep rancangan pesawat. Masih dengan tema keselamatan penumpang saat kecelakaan pesawat, rancangan kali ini memuat gambar kabin yang dapat terlepas seutuhnya dari badan pesawat, bukan lagi berupa kapsul yang keluar dari bagian ekor pesawat.


Dikutip dari The Telegraph, setelah pilot melepas kabin penumpang lengkap dengan bagasi kargo dari badan pesawat, parasut akan mengembang guna membantu pendaratan serta sebuah karet berbentuk tabung secara otomatis juga akan mengembang untuk mengantisipasi pendaratan di permukaan air.

Demi mereduksi beban pesawat berkabin berparasut, Tatarenko memperkenalkan bahan kevlar dan komposit karbon sebagai bahan baku sebagian besar badan pesawat rancangannya.

Konsep pesawat dengan kabin berkapsul yang diluncurkan Tatarenko pada Desember 2015 juga menuai catatan kritis.

Dalam esai yang terbit di The Conversation pada Januari 2016, Herve Morvan mengatakan bahwa realisasi model pesawat ala Tatarenko membutuhkan biaya besar. Profesor Mekanika Fluida Terapan dan direktur Institut Teknologi Aerospace di Universitas Nottingham, Inggris itu juga mengatakan bahwa model Tatarenko tak menjamin dapat menyelamatkan nyawa penumpang karena beberapa faktor.

Dalam penerbangan, pesawat mengalami titik rawan ketika lepas landas dan mendarat. Banyak kecelakaan pesawat terjadi di titik rawan ini. Ketika mendarat atau lepas landas, pesawat dalam kondisi terbang rendah dan sedang melawan hambatan besar. Menjatuhkan kabin seperti yang ditampilkan dalam video simulasi Tatarenko tentu mengundang risiko. Pasalnya, pilot menjatuhkan kabin berparasut di ketinggian yang relatif rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline