Lihat ke Halaman Asli

Iqbal Fauzi

Muda Berkarya

Nurkholis Madjid Sebagai Tokoh Pembaharuan Islam

Diperbarui: 12 Juni 2022   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: ganaislamika.com

Allah SWT telah menciptakan sebagaimana kodrat manusia yang bermacam suku , ras ,dan bangsa dengan dimaksudkan agar saling mengenal dan menyerap hikmah bagaimana suatu perbedaan menghasilkan suatu kekuatan persatuan,meskipun tak sedikit juga pertikaian antar umat seringkali terjadi dengan latar belakang faktor tadi sebagai pemicunya. Namun, mereka yang dapat menghilangkan streotipe pada tiap latar belakang seseorang menjadi suatu kesatuan yang kuat,tentram serta damai. Mereka memandang tiap manusia sebagai suatu makhluk dengan hak sepenuhnya tentang kuasa berkehidupan bersosial.

Jika menilik jejak sejarah Indonesia sendiri, kita bersatu padu dengan menafikan dari mana asal seseorang. Dengan kesamaan nasib yang merasa terjajah, kita pun saling memandang tiap orang saling membutuhkan,sampai terciptalah gerakan-gerakan nasional yang bersifat nasionalis. Lepas dari masa itu, Indonesia telah mencapai tahap kemerdekan yang mana kekuasaan yang utuh sebagai negara, berada pada pundak rakyatnya yang menentukan masa depan nantinya. Puluhan tahun sudah Indonesia merdeka pada saat ini,lawan sudah bukan dari kondisi fisik seperti masa penjajahan yang jelas terlihat orang-orang Eropa. Namun rakyat Indonesia sendiri yang menjadi kawan sekaligus lawan suatu saat nantinya. Pemicu nya bukan lagi sekadar ras dan suku,tetapi keberadaan agama telah menjadi warna bagi Indonesia dalam mengukir sejarah suka dan duka nya. Pertikaian agama pada dewasa ini menjadi persoalan hangat dan seringkali dibahas dengan perspektif masing-masing umat.

Pada dasarnya tiap pertikaian tersebut sebab adanya gerakan politik yang masing-masing penguasa elit menggunakan konsep agama sebagai metode menyerap dukungan dari masing-masing umat. Pun juga di masa saat ini problematika tiap umat semakin berkembang dengan konsep nasionalisme sebagai pengingkaran tradisi-tradisi keagamaan yang dianggapnya penghalang sikap moderat. Memang politik adalah suatu skema terpisah dengan bidang intelektualitas,tetapi suatu pembentukan pendidikan di suatu bangsa ditentukan oleh bagaimana sikap pemimpinnya. Jika suatu negara tersebut dipimpin oleh seorang berpaham sekularisme, maka tak menutup kemungkinan segala bentuk kurikulum di tiap instansi pendidikan bercorak sekulerisme juga, Pun juga di kelas tenaga pengajar akan berpaham sebagaimana kurikulum mendesak mereka membangun pemikiran anak didiknya.

Islam sebagai agama yang bersifat mayoritas di tanah bangsa ini,menjadi sebuah anugerah serta tanggung jawab juga.Anugerah kita disatukan pada tiap wilayah negara,tetapi juga menjadi tanggung jawab bagaimana kita berkelakuan baik kepada umat lain yang bersifat minor.Sikap superior atas agama adalah sesuatu yang rentan jika diterapkan, sebab lambat laun menghilangkan konsep bangsa yang berupa kesatuan antar umat,tetapi di pecahkan oleh fanatisme umat mayoritas itu sendiri nantinya.Pada masa modern ini,tokoh-tokoh penting yang termasuk dalam penggerak Islam moderat yang mengubah konsep pandangan Islam sebagai agama yang kaku,tetapi menjadi lebih luwes,fleksibel,dan mudah diterima umat agama lain dalam prakteknya.Bukan cara mengubah konsep tauhid,tetapi mengubah pemikiran umat Islam agar menyadarkan bahwa persatuan itu penting,bukan semata-mata mayoritas berkuasa penuh pada nasib umat minoritas nya.

Pada awalnya, umat dihadapkan pada sebuah pemikiran yang dirasakan ragu pada istilah "Pembaharuan".Adanya pemikiran itu memang diperlukan sebab demi kesatuan serta penyelarasan jejak historis,di sisi lain keraguan itu muncul sebab khawatir agama kehilangan otentitas dan wibawanya. Terlepas setuju atau tidak terhadap munculnya gagasan pembaharuan Islam, pada prinsipnya warna Islam yang berkembang di Indonesia telah mengalami modifikasi, adaptasi, deviasi dan reinterpretasi dari keislaman yang berkembang pada masa Rasul dan sahabat. Hal ini juga berkembang di dunia Islam pada umumnya. Dalam dua dasawarsa terakhir, semangat, arah dan corak pemikiran Islam di Indonesia memiliki pembaharuan pemikiran yang begitu fantastis. Perkembangan ini pada hakikatnya berbicara banyak hal, antara lain keterlibatan ilmu-ilmu sosial yang bersifat empiris dalam menginterpretasikan pesan Islam dalam menganalisis situasi sosial umat Islam.

Terdapat suatu tokoh pembaharuan tersebut bernama Nurcholish Madjid dengan dasar :

1.Tauhid sebagai prinsip dasar pembaharuan pemikiran.

Tauhid dan gagasan mengenai manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi perlu adanya perenungan kembali, Menurutnya,prinsip tersebut dirumuskan dengan segala konsep teologisnya memastikan Allah semata yang memiliki kebenaran mutlak, sebagai gantinya umat lah yang mestinya menanggapi dunia sebagai permasalahan yang sifatnya temporal (sosial,budaya,dan politik).

2.Islam dan Problem Modernitas

Sebagai cendikiawan Muslim,Nurcholish Majdid menyandarkan moderisasi pada dalil yang tercantum pada Q.S al-Nahl/16:3, Q.S al-Isra/7:54, Q.s. al-Sajdah/32 :7, dan Q.S Yunus/10: 101. Modernisasi berarti berpikir dan bekerja sesuai dengan hukum-hukum alam yang benar dan serasi. Modernitas memiliki sifat yang relatif karena ditentukan faktor waktu. Hanya esensinya yang benar-benar mutlak, yang tetap modern dan hanya Tuhan yang memiliki sifat-sifat itu. Modernitas terletak pada proses untuk menyingkap kebenaran-kebenaran yang relatif dalam gerak maju menuju kebenaran yang mutlak (Tuhan). Inilah tujuan akhir kehidupan manusia.

            Modernitas juga memiliki paham yang mengartikan secara mendasar pada agama,yakni sebagai alat perantara pendekatan terhadap sesuatu Yang Mutlak (Allah).Modernisasi justru membuat prinsip segala sesuatu berdasarkan rasa patuh pada Tuhan, Sebagaimana ketika semangat ditumbuhkan pada umat dengan mengembangkan ilmu-ilmu pasti serta mendalami secara religius pada prakteknya.Para orang sekuler sebenarnya menawarkan konsep rasionalisme sebagai penyelesaian problematika tatanan dunia.Islam menuntut umatnya menggunakan akal secara menyeluruh,tetapi batas akal pada kebenaran yang relatif,disinilah fungsi wahyu sebagai kebenaran yang absolut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline