Lihat ke Halaman Asli

XAVIER QUENTIN PRANATA

Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Operasi Plastik

Diperbarui: 3 Oktober 2018   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berjam-jam 'cuci muka' di salon sahabat saya dan mengalami 'penganiayaan'---pemerkosaan wajah agar jerawat yang tersembunyi bisa erupsi dini---saya pulang ke rumah. "Lho, wajahmu kenapa?" tanya orang yang saya kasihi.

"Saya baru cuci muka," ujar saya sambil melirik wajah saya sendiri di cermin. Wajah saya tampak memerah dan dengan pipi lebih tebal dari biasanya.

"Pantas bengkak semua."

Sejak hari itu sampai sekarang, saya tidak pernah cuci muka lagi. Bukannya hasilnya tidak bagus, malah bagus, namun saya memilih untuk membiarkan wajah saya apa adanya daripada ada apanya. Ada apanya? Ya!

Agar wajah seseorang tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya dan lebih cantik ketimbang aslinya, banyak orang yang bersedia 'dianiaya'. Entah dikurangi, atau ditambahi. Misalnya saja dengan silikon. Banyak sahabat saya yang melakukannya, terutama kaum hawa. Tujuannya sih baik agar tampil lebih menarik. Ada pula yang transaksional agar lebih dikasihi suami. Ini dari sudut pandang positif. Kalau yang negatif agar suami tidak direbut atau menempatkan diri agar direbut wanita lain. Mengapa saya bilang negatif, karena selingkuh atau tidak berpulang kepada masing-masing individu apakah gampang berpaling atau merasa jadi korban karena istri tidak lagi mampu bersaing.

Saya katakan tidak fair karena bagaimana kalau posisinya di balik? Istri selingkuh karena tubuh sang suami yang dulu six pack sekarang one sack of cement? Yang dulu rata kayak Jojo saat melakukan selebrasi kemenangan dan kini berubah menjadi one big baloon.  TV makin flat, perut makin cembung, karena lebih memilih untuk ngemil sambil nonton ketimbang ngegym dan lari marathon.

Oplas untuk rekonstruksi wajah karena kecelakaan---atau dicelakakan orang---biasanya menuai simpati dan support dari banyak orang.  Lisa yang menjalani face off karena disiram air keras mendapat dukungan dari masyarakat luas terutama tim dokter dan rumah sakit yang merawatnya. Sebaliknya, orang  yang anti oplas merasa bahwa orang yang melakukannya dianggap tidak mengucap syukur atas karunia Tuhan.

Bertepatan dengan ngehits-nya frasa oplas, saya mendapatkan kiriman video pendek yang menarik. Tampak seorang suami sedang memeluk mesra istrinya di ranjang mereka. Terjadilah percakapan yang kira-kira begini.

"Yang, saya heran wajahmu cantik, tubuhmu mulus, kok kamu mau menikah denganku?" tanya suaminya dengan pandangan penuh cinta.

"Itu karena kamu pernah memberi uang kepada pengemis tua," ujar istrinya.

"Apakah kamu anaknya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline