Pembelajaran seharusnya melibatkan siswa secara langsung, siswa harus aktif bertanya, membuat hipotesis, mencari tahu, membuat simpulan, serta mengkomunikasikan hal-hal yang telah diperolehnya selama belajar. cara pengkomunikasi-an yang paling mudah adalah dengan presentasi di depan temannya. namun tak ada salahnya jika kemudian mereka menuliskan apa-apa yang sudah dipelajarinya. jika terbiasa, maka mereka akan memiliki sebuah kompetensi tambahan, menulis.
[caption id="attachment_324934" align="aligncenter" width="417" caption="Ilustrasi"]
[/caption]
Salah satu perubahan mendasar dalam Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran. Model pembelajaran Kurikulum 2013 berbasis saintifik dengan lima langkah pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran dalam kurikulum sebelumnya menggunakan tiga langkah. Dalam kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ada tiga langkah dalam metode pembelajarannya, yaitu elaborasi, eksplorasi dan konfirmasi. Sedangkan dalam Kurikulum 2013 ada lima langkah, yaitu mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
Kurikulum 2013 mendobrak kelas, dulu kelas dominan dalam keadaan sunyi senyap, terkadang mencekam karena pembawaan guru yang garang, siswa duduk berjajar rapi dibangku masing-masing, tangan bersidekap diatas meja, mata menatap lurus kedepan, sehingga tercipta suasana belajar yang monoton dan satu arah, dari depan ke belakang, guru adalah sumber belajar tunggal. Kurikulum 2013 kemudian datang mengobrak-abrik kelas yang tampak rapi dan teratur tersebut, dengan model pembelajaran yang dibawanya. Model pembelajaran ini justru memungkinkan kelas akan terus dalam keadaan “gaduh” namun penuh dengan antusiasme dalam belajar. Guru tak lagi menjejali muridnya dengan informasi, guru beralih fungsi sebagai fasilitator, kelas kemudian belajar dari banyak sumber, berupa lingkungan sosial, lingkungan fisik, media massa, buku-buku atau bahkan pengalaman pribadi siswa. Siswa dibebaskan berpendapat, berbagi pengetahuan serta terus menerus ditumbuhkan rasa ingin tahunya.
Pada pelajaran IPA misalnya, rangkaian langkah-langkah pendekatan saintific (mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan) akan selalu dimunculkan ditiap pertemuan, kurikulum 2013 memberi ruang yang sangat luas bagi siswa untuk berpikir kreatif, mereka dibiasakan menyelesaikan masalah bukan menjawab soal. Mereka didorong untuk paham konsep bukan menghapal teks. Mereka dilatih untuk mengemukakan pendapat di depan umum, agar merasa dihargai atas segala usahanya bukan untuk di per-olok dan dipermalukan.
[caption id="attachment_324935" align="aligncenter" width="405" caption="Proses Belajar Interaktif"]
[/caption]
(A) siswa menjelaskan konsep hukum I Newton dipadukan dengan hukum III Newton ; (B) Siswa menjelaskan konsep inersia melalui percobaan ; (C) siswa menjelaskan bagian-bagian dan fungsi masing-masing bagian mikroskop
Di dalam kelas siswa dibentuk kedalam kelompok-kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 3 - 4 siswa.Di kelompok ini siswa dibiasakan untuk merancang percobaan mereka sendiri, menjelaskan konsep yang mendasari percobaannya, lalu menarik kesimpulan dari percobaan itu. sesuai dengan tema yang tengah dipelajari. selain harus presentasi didepan kelompok lain, mereka juga diwajibkan memiliki sebuah Jurnal yang berisi catatan kegiatan mereka tiap minggunya. hasilnya bisa dibilang sangat menggembirakan, selain antusias mereka dalam belajar, ternyata mereka sudah sangat mampu merancang sebuah percobaan, menjelaskan, dan mengkomunikasikan pada temannya.
Sungguh kurikulum 2013 yang mengubah siswa itu bukan cuma isapan jempol belaka, seorang siswa yang terkenal pasif dikelas akhirnya mau ambil bagian tampil mengemukakan pendapatnya dengan logika yang mengagumkan, melewati ekspektasi saya sebagai gurunya. Atau sekelompok siswa yang merancang percobaan yang bahkan belum pernah terpikirkan oleh gurunya. Kelompok siswa lain dapat menjelaskan konsep rumit menjadi sangat mudah dipahami oleh teman-temannya. Maka sebenarnya jika terus digali dan diberdayakan, kelas-kelas di sekolah berisi siswa-siswa luar biasa yang akan selalu membuat gurunya tercengang.
Harapannya semoha iklim belajar seperti ini nantinya akan terus tumbuh, sehingga mereka belajar karena didorong oleh kecintaan pada ilmu, bukan karena ketakutan menghadapi Ujian. saya tidak ingin mengatakan bahwa inilah iklim belajar ideal dan sempurna, tapi paling tidak kami warga sekolah akan terus berproses menjadi lebih baik, belajar dengan lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H