Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Indonesia Ditukar Kayu Api

Diperbarui: 7 Maret 2017   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salam jumpa lagi para kompasianers,

Setelah sekian lama tidak dapat membuka akunku, hari ini saya ingin sekali menyapa kompasiana dengan sebuah tulisan namun entah mengapa yang muncul malah cerita ringan ini yang sering didongengkan oleh orang tua ketika masih kecil. Semoga menghibur, di tengah panasnya politik tanah air dan hingar-bingar rutintas harian masing-masing. Jangan lupa senyum setelah membacanya J

Membeli Bahasa Indonesia

Konon, dahulu kala, di sebuah kampung terpencil, hiduplah tiga orang bersaudara. Kerinduan  ketiga bersaudara itu adalah bisa berbahasa Indonesia. Namun saying tak satupun sekolah atau guru di kampung itu. Suatu hari mereka memutuskan untuk pergi membeli bahasa Indonesia pada juragan, orang kaya satu-satunya di kampung itu, yang juga satu-satunya orang yang bisa berbahasa Indonesia! Mereka tahu bahwa juragan itu biasa membeli kayu api, jadi ketiga bersauadara itupun memutuskan untuk mencari kayu api dan menukarkannya dengan bahasa Indonesia!

Mak bawalah mereka kayu api itu kepada sang juragan, masing-masing seikat besar! Sesuai dgn adat setempat maka sang kakak yang maju terlebih dahulu! Sang kakak pembawaanya agak kasar dan gesit! Karena kayu itu begitu berat, dibuangnya saja kau itu di hadapan sang juragan. Sang juragan terkejut dan secara spontan memaki: “Kurang Ajar!” 

Berikutnya adalah giliran saudara Tengah untuk menghantarkan kayu apinya. Oleh karena sang juragan masih membutuhkan kayu api maka ia berkata: “Tambah lagi!”. Kemudian datanglah si Bungsu membawa kayu api dalam jumlah yang lebih banyak. Sang juragan merasa sudah cukup akhirnya ia berkata: “Stop!”. Ketiga bersaudara itupun tidak menunggu untuk menerima uang, melainkan segera pulang dengan sukacita karena masing-masing sudah bisa berbahasa Indonesia.

Sekarang tinggal prakteknya! Keesokan harinya, mereka bertemu dengan sang juragan dikawal oleh pengawalnya. Dengan semangat mereka ingin mempraktekan bahasa indonesianya. Dari jauh sang kakak yang sulung berteriak-teriak sambil menunjuk-nunjuk ke arah sang juragan: “Kurang ajar, kurang ajar!”.  Sang juragan naik pitam, dan langsung perintahkan anak buahnya untuk meringkus dan manghajar si sulung. Spontan si Tengah ingin membantu sang kakak dan memohon: “Tambah lagi! Tambah lagi!”. Pengawal semakin bertubi-tubi menghajar si sulung. Melihat itu si Tengah menjadi gugup dan mundur sambil berbisik kepada si bungsu: “Bungsu, mungkin saya salah tolong bantu kakak”. Si bungsu maju dan berkata dengan lantang kepada pengawal “stop!”. Seketika itu juga si pengawal berhenti memukul. J

Pesan cerita:

  • Sekolah itu penting dan belajar harus sampai tuntas, tidak boleh sepotong-sepotong.
  • Walau maksud baik dan mulia namun jika tidak tepat mengkomunikasikannya dapat membawa malapetaka bagi kita sendiri.
  • Dalam banyak hal pengetahuan kita tidak lengkap oleh karena itu rendah hatilah untuk meminta bantuan pada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline