Lihat ke Halaman Asli

Sunan Doro

Linux Lover

#009: Bulan Sabit di Ufuk Republik

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://ranselkecil.com/

#008

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="http://ranselkecil.com/"][/caption]

Suro Dento, pemimpin kelompok golok terbang sangat marah, melihat anak buahnya dihabisi satu per satu, tanpa pernah mampu menemukan pelakunya, tanda dua jari pada empat belas korban terakhir, ditangkap Suro Dento sebagai tantangan. Anggota golok terbang ada 57 orang, kini tersisa 22, lainnya dikirim ke alam baka hanya dalam waktu enam bulan. Sebuah kenyataan yang menyakitkan. Lima belas tahun Suro Dento malang melintang di wilayah jawa timur, melindungi perusahaan ekspedisi dengan imbalan sejumlah uang, guna mencegah perampokan atas barang-barang kiriman. Para transportir operator truk-truk barang merasa aman dengan membayar sejumlah uang pada Suro Dento, truk mereka tidak pernah lagi diganggu perampok, pencuri kecil-kecilan segera diketemukan, diselesaikan. Golok terbang menjaga keamanan pada beberapa tempat hiburan, pabrik dan lokasi parkir. Bisnis preman dan security menghasilkan banyak uang, sehingga Suro Dento hidup mewah dengan dua istri di daerah lamongan. Suro Dento seorang pemimpin yang baik, tegas dan kejam, melindungi seluruh anak buah, membagi penghasilan dengan adil, mencukupi seluruh kebutuhan hidup anggota sehingga mereka hidup berkecukupan. Sebaliknya, bila ada anggota yang berani melanggar peraturan, merusak atau mencuri dari perusahaan, toko, pasar yang mereka lindungi, Suro Dento tidak segan-segan menghabisi atau menghukum berat anggota sendiri.

Lokasi Pembunuhan anggota golok terbang tersebar di berbagai kota, Tuban, Blora, Bojonegoro, Gresik. Suro Dento menghubungi sahabat-sahabat di kota semarang, jogyakarta dan madiun, guna meminta bantuan mereka jika mengenali si pembunuh, atau mengetahui dari kelompok mana. Akan tetapi hampir satu tahun, tidak ada umpan balik dari rekan-rekan Suro Dento. Satu-satunya petunjuk datang dari kelompok Gunung Muria, seorang kenalan pernah memergoki pertempuran di sebuah desa wilayah rembang, Panji Tumitir, demikian orang dari gunung muria. Melihat anggota golok terbang, bertahan mati-matian didesak lawan, Panji Tumitir datang membantu, dikeroyok dua orang, sang lawan dengan mudah mengatasi serbuan mereka. Panji Tumitir sendiri, terkena sebuah tusukan jari pada punda kanan sehingga menimbulkan luka bakar, pukulan keras pada tengguk membuat Panji Tumitir pingsan, sehingga ia tidak melihat bagaimana lawan menghabisi anggota golok terbang. Ketika sadar hanya melihat anggota golok terbang sudah kaku terbaring dengan dua luka bakar dikening dan tanda menghitam pada dada kiri.

Panji Tumitir menceritakan pengalamannya pada sang Ketua, sang ketua meminta Panji Tumitir datang ke lamongan untuk menceritakan hal tersebut pada Suro Dento. Sejak itu kelompok Golok terbang menjuluki musuhnya sebagai “Jari Maut”. Suro Dento mengerahkan daya upaya untuk memburu Jari Maut, namun tidak pernah berhasil mengendus keberadaannya. Berbagai kelompok yang bersahabat mencoba membantu, meskipun sebagian hanya basa basi, mereka sendiri tidak ingin mengorbankan sesuatu secara sia-sia. Hasilnya nihil, si jari maut bagaikan bayangan. Suro Dento sendiri beberapa kali berkeliling ke cabang cabang golok terbang untuk meyakinkan anggota mereka tidak berkurang serta meminta seluruh anggota meningkatkan kewaspadaan.

Suro Dento seorang lelaki dengan kegemaran pelesir, lima belas tahun menikmati kesuksesan dan kekayaan, mengubah gaya hidupnya. Dia bukan lagi pekerja keras sebagaimana dahulu, karena cukup dengan smart phone atau kata-kata Suro Dento mampu mengatur organisasi dengan baik. Lobby, hubungan baik serta hadiah, membuat Suro Dento semakin aman dari gangguan kelompok sejenis, maupun pihak berwajib. Kepolisian tidak menganggap golok terbang sebagai kelompok kriminal, faktanya mereka memang tidak pernah menimbulkan huru hara atau mengganggu ketenteraman masyarakat. Bisnis mereka adalah layanan keamanan, memberikan rasa aman para pelanggan. Kepolisian bahkan menganggap golok terbang sebagai rekanan, karena mereka bisa saja meminta bantuan Suro Dento untuk menemukan perampok, pencuri yang beraksi, menangkap, memenjarakan atau memusnahkan. Polisi sebagai penegak hukum, dibatasi oleh hukum itu sendiri.

Senja remang di kota malang, embun membujur, angin sejuk dingin bertiup. Tak lama gerimis menghiasi suasana, mendatangkan perasaan romantis wilayah batu. Lelaki 55 tahun, bernama Suro Dento duduk di teras sebuah villa, pikiran resah gelisah. Guna menghibur diri, Suro Dento pelesir mencari ketenangan, kota batu sungguh tempat cocok, ketenangan, bunga bermekaran, harum semerbak. Suro Dento mengajak selingkuhannya, seorang wanita muda berumur 22 tahun, meskipun memiliki dua istri, Suro Dento masih sangat suka menikmati daun muda, istri pertama, 48 tahun, istri kedua 37 tahun. Bisa jadi kedua istri menjadi belahan jiwa, namun lebih cocok disebut sebagai simbol status sosial. Suro Dento memperlakukan kedua istri dengan “baik”, memberikan masing-masing satu rumah, dan Suro Dento sering menginap di rumah istri muda, meskipun domisili resmi tetap di rumah istri tua. Sang istri tua sedikit tidak peduli, lebih tepat disebut “pasrah”, lebih baik ia menikmati situasi yang ada, berbelanja kapan, kemana dia suka. Kecukupan materi membuat istrinya tidak pernah protes pada situasi.

Suro Dento berusaha menyingkirkan keresahan dengan berkencan, Diah Maemunah, demikian nama selingkuhannya, sudah dua tahun menjalin hubungan dengan Suro Dento, bekas sales promotion girl gadungan sebuah dealer mobil, menerima “pinangan” Suro Dento, tokh Suro Dento tidak setiap waktu menyinggahi apartemen di Surabaya, hanya dua kali sebulan, Suro Dento mengunjungi Diah, sementara Diah memperoleh segala fasilitas, sebuah apartemen kelas menengah, mobil ditambah uang belanja bulanan lebih dari cukup.

Diah senang sekali saat diajak Suro Dento ke batu, sang sopir menjemput karena Suro Dento sudah berada di villa pribadi selama dua hari. Siang tadi Suro Dento memperolah layanan memuaskan, menghempaskan fantasi seksual, berimajinasi tentang kemudaan, dada ranum, kulit mulus, desahan mesra perempuan muda, melambungkan impian Suro Dento tentang kenikmatan, saat itu Ia benar-benar mampu melupakan segala masalah kehidupan, tenggelam dalam madu asmara, danau kemesraan.

Kursi goyang bagaikan singgasana para raja, Suro dento menikmati gerimis sore, coklat hangat membasahi kerongkongan. Tak urung pikiran kembali terganggu dengan bayangan “Jari Maut”. Persoalan yang tak mampu Ia atasi selama satu setengah tahun terakhir. Namun Diah Maemunah mampu memberikan hiburan, seharian bergelut, bermesraan, bercanda memusnahkan segala kekhawatiran. Meskipun demikian, saat hajat terpenuhi, kepuasan biologis terhempaskan, pikiran Suro dento kembali resah. Ia duduk sendiri memandang rerumputan. Melamun, tersenyum. Empat puluh menit kemudian, ketenangan Suro Dento terusik, ketika sebatang papan menderak lantai kayu teras villa. Clingak clinguk meningkatkan kewaspadaan, apakah ini sebuah ketidak sengajaan dari orang sekitar? Suro Dento tidak menemukan sesuatu yang ganjil. Dipungutnya papan selebar telapak tangan. Terkesiap Suro Dento saat melihat tanda dua titik tepat ditengah Papan. Secara reflek, Suro Dento masuk kedalam villa, menyambar sebuah golok diatas meja, golok pusaka. Golok inilah yang membesarkan nama Suro Dento sejak lima belas tahun silam. Suro Dento adalah murid terkasih Padepokan Macan Kumbang di blambangan.

Empat tahun Suro Dento malang melintang di wilayah Lamongan setelah selesai belajar, menaklukan berbagai kelompok preman, mendirikan kelompok Golok terbang. Para bekas preman, rampok dan copet ditaklukan, dibina, diberi pelajaran ilmu bela diri, dilatih kedisiplinan serta ketaatan pada organisasi. Muncullah kelompok golok terbang menawarkan layanan keamanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline