Lihat ke Halaman Asli

Sore Kelabu Itu

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingat hari itu......

Disatu sore, satu hari setelah ulang tahun seseorang yang memberi warna tak terlihat dihatiku, tatkala awan berarak kelabu memenuhi penjuru langit dan angin yang melebur mengeluarkan suara menderu bergidik, tak ubahnya laksana sang Indra sedang memamerkan kesaktiannya. Ya, disaat itulah.. aku  telah memutuskan tak akan menghubungimu lagi.

Aku tidak tahu cinta itu apa, aku tidak tahu setia itu bagaimana. Yang aku tahu, perasaanku padamu sangat kompleks. Seperti rintik air hujan yang membasahi tanah bumi, tak terhitung dan tak terbendung. Hampir-hampir tak kuat aku menahannya. Akupun tiada sanggup berbagi dengan manusia lain karena lidahku seakan terpotong dikala aku hendak berbicara tentang "dia". Sepertinya Ia memang tak mengijinkanku berbagi apapun tentang dirinya kepada orang lain.  Tapi aku tidak ingin meledak karenanya. Aku tidak ingin meledak menjadi kepingan-kepingan tak berarti yang nantinya hilang tanpa bekas. Haruskah aku bercerita pada awan kelabu yang berarak disana? Mungkinkah awan kelabu itu mau membantu menerbangkan gundahku kepenjuru lain hingga ia tak kan kembali? Tapi mungkinkah "ia" juga akan mengijinkanku kali ini. Aku benar-benar tidak tahu harus apa. Aku benci diriku yang selalu lemah saat dihadapmu.  Tapi di sore kelabu itu, aku bersama sang Indra telah memenangkan pertarungan  kami. Ya, aku telah memenangkannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline