Di masa pandemi dan era kenormalan baru ini mau tidak mau, suka tidak suka kita perlu beradaptasi kembali dengan kebiasaan baru. Rasanya yang lalu kita lebih leluasa untuk melakukan pergerakan sana-sini, namun sekarang sebisa mungkin pergerakan kita di luar rumah perlu dibatasi dan lebih dominan untuk melakukan segala aktivitas di rumah saja karena keadaan yang belum baik-baik saja.
Namun tanpa sadar keadaan ini mungkin membuat kadar hormon stres dalam tubuh menjadi meningkat dikarenakan berbagai faktor stres yang mengharuskan kita untuk "fight or flight" (respon stres).
Mungkin sebagian besar orang termasuk saya juga melakukan aktivitas yang dominan dari rumah adalah hal yang membosankan dan malah menjadi semakin stres karena kurangnya pergerakan dan suasana yang kurang mendukung ketika harus tetap produktif di rumah, berusaha untuk mencari cara agar tidak bosan dengan melakukan berbagai kegiatan yang berulang setiap hari dan ujung-ujungnya lelah fisik dan mental juga.
Efek stres yang ditimbulkan kadang membuat pola hidup kita menjadi berantakan salah satu yang terdampak adalah pola makan. Ada saat tertentu selera makan meningkat dan beberapa minggu kemudian menurun lalu terus berulang sampai kita tersadar bahwa pemilihan makanan yang dikonsumsi juga kurang tepat dan secara tidak langsung memengaruhi suasana hati (mood) dalam seharian penuh.
Setiap orang punya cara yang berbeda dalam mengendalikan stres (coping mechanism), ada yang berbelanja berlebihan, mendengarkan musik meditasi, berwisata, menonton film, mewarnai, dan mengonsumsi makanan manis atau asin yang berlebihan dapat membuat rileks kembali.
Namun apakah dengan cara seperti itu stres yang dialami akan hilang secara permanen atau sementara? Atau ada cara yang malah menimbulkan risiko penyakit tertentu? disini kita tidak membahasnya semua, mari kita fokus pada pengendalian stres dengan pola makan, karena perilaku makan ini adalah salah satu sasaran yang dipengaruhi oleh respon stres jika kita mengabaikannya tanpa kesadaran (awareness) yang bijak sama saja kita menyakiti diri sendiri.
Sekali lagi lagi perlu kita ingat bahwa stres tidak dapat dihilangkan, tapi dapat dikendalikan. Stres merupakan respon alami tubuh atau sebagai sinyal agar manusia dapat merespon keadaan tertentu.
Bayangkan saja kalau kita tidak bisa merespon stres misalnya ketika dalam keadaan "bahaya" kita tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa bertahan atau melawan karena tubuh tidak mengenal sinyal tersebut. Jadi, stres itu normal jika dalam batas yang normal tidak berlebih dan dikendalikan dengan cara yang tepat juga salah satunya diet sehat.
Diet sehat yaitu terdiri dari menu makanan dan zat gizi seimbang yang tidak hanya memengaruhi kesehatan kita secara fisik sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit tertentu seperti obesitas, diabetes melitus (DM), hipertensi, dan lain-lain, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental.
Kita mungkin sering tidak menyadari bahkan mengabaikan efek yang ditimbulkan dari makanan yang dikonsumsi terhadap perubahan suasana hati yang kita alami. Mari kita ulas secara singkat komponen apa saja yang berhubungan dengan makanan yang kita konsumsi terhadap mood.
Dalam otak kita terdapat senyawa kimia yang berkoordinasi dengan sistem saraf yang memengaruhi mood atau disebut Neurotransmiter. Ada berbagai macam neurotransmitter salah satunya Serotonin yaitu neurotransmiter yang diperoleh dari zat gizi triptofan salah satu jenis asam amino esensial yang berfungsi untuk regulasi tidur, makan, dan kontrol impuls serta peningkatan konsentrasinya berkaitan pada peningkatan mood.