Lihat ke Halaman Asli

Ingin Masuk Pesantren

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash






Penulis: Wiwi Yunianto
Mungkin benar jika ada pendapat yang mengatakan bahwa cucu lebih disayang dibanding anak, paling tidak hal ini diperlihatkan oleh Mbah Sastro yang membela keinginan Dirman , cucunya. Dirman ingin masuk pesantren, sementara sang ayah, Suryo tak mengizinkan. Suryo beralasan usia Dirman barulah tujuh  tahun, anak pertama pula, adiknya masih bayi, baru berusia 3 bulan. Artinya, begitu lama Suryo menimang-nimang Dirman barulah anak keduanya lahir. Tapi kemudian Suryo merasa harus dipisahkan dengan buah hatinya itu.
“Mestinya kamu bangga, bahwa putra pertamamu meskipun masih sangat muda sudah memiliki keinginan yang besar dalam menuntut ilmu. Paling tidak jejakmu sudah terwariskan. Dulu kamu juga begitukan? “ , Mbah Sastro mulai tampak rasa kebanggaan terhadap cucunya.
“Tapi, kan saya meninggalkan rumah, pergi ke negeri orang setelah lulus SMA”, Suryo mencoba membela diri.
“Itulah, cucuku itu lebih berani dibandingkan bapaknya,” lagi-lagi mbah Sastro terdengar membanggakan cucunya lebih dari anaknya.
“Maaf Pak, saya belum dapat mengizinkan Dirman masuk pesantren pada usia yang sangat muda. Kalau mau belajar agama ‘kan bisa di TPA, pengajian atau madrasah. Nah nanti kalau sudah lulus SD barulah saya dapat mengizinkannya,” Suryo mencoba mempertahankan alasannya.
“ Sepertinya kamu itu tahu segalanya bahkan yang belum terjadi “. Mbah Sastro agak lirih berucap.
Dari balik dinding Dirman menyimak pembicaraan antara ayah dan mbah kakungnya.
Selesai .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline