Lihat ke Halaman Asli

Syarif Dhanurendra

www.caksyarif.my.id

Fatalnya Belajar Sejarah Senantiasa Hafalan

Diperbarui: 16 Juni 2022   16:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi belajar sejarah. (Foto: freepik.com)

Fatalnya Belajar Sejarah Senantiasa Hafalan dan Tidak Membuat Anak Belajar Dari Sejarah 

Hari ini saya ingin menulis mengenai pelajaran sejarah di sekolah. Kata kuncinya antara lain: sejarah, pelajaran sejarah, sejarah Indonesia, pengertian sejarah, sejarah adalah, cerita sejarah, dan sejarah Islam. Semua hal itu seakan-akan menjadi hal yang rumit untuk dipelajari, apa lagi harus dihafalkan.

Banyak yang beranggapan, sejarah merupakan pelajaran menghafal bertepatan pada serta nama belaka. Modul yang diajarkan pula dikira sangat banyak. Seperti itu yang membuat pelajaran sejarah semacam neraka bonus di sekolah, sehingga tidak disukai oleh sebagian besar siswa.

Sebetulnya, nyaris segala pelajaran mengharuskan siswa buat menghafal. Semacam pelajaran Agama Islam yang mewajibkan siswa hafal banyak doa ataupun pesan pendek. Tetapi, itu seluruh jelas bermanfaat untuk siswa yang bersangkutan. 

Demikian pula pelajaran kimia pula mewajibkan siswa menghafal rumus ataupun simbol zat-zat kimia. Tidak terdapat permasalahan bila siswa yang menghafalnya hendak mendalami sains ataupun metode.

Tetapi, kenapa pelajaran menghafal sejarah semacam beban besar untuk mayoritas siswa? Barangkali sebab menghafal bertepatan pada serta nama dalam sejarah tidak banyak bersentuhan dengan kehidupan mereka sehabis tes. 

Terlebih sehabis berhasil menghafal banyak perihal dalam peristiwa sejarah, nyatanya timbul perdebatan nyatanya apa yang telah dihafalkan itu tidak cocok dengan kenyataan.

Tidak Membuat Anak Belajar Dari Sejarah

Foto: freepik.com

Waktu sekolah dahulu, salah satu bocah bandel Italia bernama Benito Amilcare Andrea Musolini, begitu menggemari pelajaran sejarah. Nilai sejarahnya, pula bahasa serta sastra Italia di rapor merupakan yang paling tinggi. Sejarah Italia membuat Musolini memiliki mimpi serta tekad besar mengembalikan kejayaan Italia semacam di masa Romawi, Italia la prima.

Alexander Agung, malah belajar sejarah Perang Troya, dari ceritera Iliad karya Homerus. Lepas dari permasalahan akurasi kebenarannya, sejarah yang direnungkannya dari Iliad, Alexander Agung memiliki motivasi buat jadi ksatria tangguh berbagai Achiles sang pahlawan Yunani dalam perang tersebut. Seluruh ketahui, Alexander Agung saat sebelum mati muda sudah menaklukkan banyak daerah di dekat Eropa serta Asia.

Baik Musolini ataupun Alexander, tidak bermaksud buat hafal seluruh perihal dari pelajaran yang mereka baca. Rasa penasaran, membuat mereka membaca, apalagi lebih banyak dari yang lain, sampai tidak terasa mereka semacam hafal di luar kepala. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline