Keluar Gua, Mengenal Cahaya

Hari ini ku beranikan diri keluar dari gua. Gua yang entah berapa tahun aku tersandra di dalamnya. 

Sekitar 10 meter dari mulut gua, aku menemukan pohon yang berbuah. Pohon tak berkayu. Entah buah apa. Warna buahnya kuning, sebesar jempol kaki, namun banyak menyatu dalam satu tangkai. Seingatku, dulu aku pernah memakannya (kelak aku ingat bahwa itu adalah buah pisang). Kuambil buahnya dan ku makan. 

Hari masih pagi. Ku rasa, hari ini akan menjadi hari yang panjang bagiku. Sinar mentari menerjang tubuhku. Entah berapa km perjalanan cahanya itu dari titik induknya (matahari) menuju diriku di bumi ini. 

Sambil makan buah, tubuhku merasakan ada yang aneh. Lidahku seakan akan dapat merekam berbagai komponen yang ada dalam buah ini. Mulai dari karbohidrat, vitamin C, vitamin B6, potassium, serat, dan juga mangan. Semua muncul begitu saja dalam otakku. Istilah-istilah baru yang belum pernah ku dengar dengan sendirinya muncul.

Tak hanya itu, sekarang aku tahu banyak hal di hutan ini. Buah yang kumakan adalah pisang. Jenisnya adalah pisang bulin. Aku juga tahu berapa kecepatan cahaya, yaitu 300.000 km/detik. Sedangkan jarak bumi ke matahari adalah 150 juta km. Artinya, waktu tempuh cahaya matahri untuk sampai ke bumi dan meyentuh tubuhku adalah 8 menit 20 detik.

"Hai," aku menderangar suara orang, "siapa di situ?" lanjut orang tersebut. Dari suaranya, dia adalah orang yang baik.

"Son. Aku Son," jawabku.

[bersambung.....]