Lihat ke Halaman Asli

Syarif Dhanurendra

www.caksyarif.my.id

Dua Rahasia Bangsa Yunani di Panggung Sejarah Peradaban Dunia

Diperbarui: 13 November 2016   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Beliefnet.com

Kita tahu bahwa bangsa Yunani lebih dulu keluat dari masa Prasejarah dari pada bangsa-bangsa lainnya, termasuk bangsa kita, bangsa Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban bangsa Yunani —dalam sudut pandang ini—lebih maju dari bangsa kita. Kemajuan peradaban itu di dalam sejarah ditandai dengan adanya dua, yang sekaligus syarat suatu bangsa masuk ke zaman sejarah. Dua hal tersebut adalah budaya baca dan tulis.

Bangsa-bangsa Timur cenderung suka bercerita atau mendongeng dalam menjelaskan sejarah mereka masing-masing. Hal itu adalah suatu keunggulan yang dimiliki bangsa Timur sekaligus sebagai kelemahannya. Dengan hanya bercerita dari mulut-kemulut maka sejarah akan meragukan kevalitannya. 

Karena dalam bercerita, mulai dari orang kedua hingga orang terakhir, pasti ada bumbu-bumbu yang ditambahkan sesuai subjektifitas yang cerita. Akan tetapi akan berbeda dengan jika mereka menggunakan tulisan. Setiap catatan yang hari ini kita tulis maka bentuk tulisan itu akan tetap dan kalimatnya pun juga tidak akan berubah selama tulisan itu terjaga dari keasliannya.

Bangsa Yunani sejak abad ke-8 SM sudah memiliki huruf alfabet sendiri. Dengan alfabet, muncullah karya tulis Yunani kuno, yang paling terkenal adalah buatan Homeros dan Hesiodos. Walaupun bentuk huruf pada waktu itu masih sederhana dan hanya beberapa kelompok saja yang bisa membaca, tetapi itu sudah cukup membuat bangsa Yunani menjadi kiblat bangsa-bangsa lainnya.

Untuk menjawab judul di atas maka jawabannya adalah budaya 'membaca' dan 'menulis'. Siapa yang hari ini menulis sebuah karya dalam bentuk apa pun maka dialah yang akan dikenal oleh manusia periode setelahnya. Dan siapa yang tak pernah menulis sedikit pun maka sejarah akan dengan mudah untuk melupakannya.

*) Sumber Gambar: Beliefnet.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline