Hmmmm.
Mungkin kata diatas dapat secara gamblang mengungkapkan kegundahan yang saya alami saat ini. Jika ditilik lebih jauh kepada judul tulisan ini mungkin orang akan berpikir maksudnya apa?Sebagian orang akan berpikir tentang pekerjaan dan sebagian orang akan berpikir tentang pelajaran.
Dalam kasus ini saya ingin bercerita tentang arti manajemen di dalam lingkup pekerjaan. Dapat dikatakan saya adalah bocah ingusan yang baru nyemplung dalam urusan pekerjaan. Karir saya baru seumur jagung kurang lebih 2 tahun. Kurang lebih setahun saya bergabung pada perusahaan multinasional di bidang yang sama dengan perusahaan saya kali ini. Di perusahaan tersebut saya sangat dibuat takjub dengan sistem organisasi pegawai yang sangat clear, efisien dan efektif. Terdapat garis tebal yang jelas dalam pembagian pekerjaan. Karena pembagian yang jelas itu setiap pekerjaan dapat dengan mudah diselesaikan dengan hasil yang maksimal. Apabila terdapat kesalahan kita juga dapat dengan mudah menemukan pangkal permasalahan dan siapa yang harus bertanggung jawab agar permasalahan itu cepat terselesaikan. Birokrasi menjadi bagian penting dalam sebuah perusahaan tetapi selama saya di perusahaan tersebut masalah birokrasi sangat jarang saya temui. Struktur organisasi perusahaan dirancang sesederhana mungkin agar setiap keputusan bisnis dapat diambil dengan cepat. Manajemen sangat jelas dalam menetapkan visi dan misi perusahaan selain itu tanggung jawab pribadi akan pekerjaan harus saya acungi jempol. Mungkin inilah yang dinamakan no pain no gain, semua yang kita lakukan setara dengan hasil yang kita dapat kelak.
Pengalaman diatas yang boleh dibilang comfort zone sebagai profesional berubah 180 derajat ketika saya memutuskan untuk berpindah perusahaan yang kebetulan BUMN. Sebelumnya banyak teman-teman yang memperingatkan bahwa saya tidak cocok dengan kultur kerja yang ada di BUMN. Orang tua terutama papa juga sudah memberikan saran jika tipe orang seperti saya tidak akan mudah untuk menerima sistem kerja BUMN. Mungkin karena saya tipe orang ngeyel (keras kepala) dalam hati saya berpikir bahwa saya pasti bisa melewatinya dan saya juga menganggap bahwa ini sebuah tantangan tersendiri. Tanggal 9 Desember saya resmi bergabung dan bertemu dengan teman-teman sejawat. Idealisme yang saya pegang selama ini ternyata saya temui juga pada teman baru saya dan saat itu saya punya kenyakinan besar bahwa nantinya saya tidak sendirian untuk membawa perubahan ke perusahaan. Hari lertama saya lalu dengan mulus, dimulai dengan beberapa pengarahan mengenai hak dan kewajiban saya. Setelah beberapa minggu saya nyemplung dalam perusahaan ini barulah kegundahan hati mulai terasa. Lebih tepatnya saya miris melihat sistem yang ada di perusahan sebesar ini. Peranan perusahaan bagi bangsa sangat besar jika dilihat kontribusinya dalam penerimaan negara. Bukan bermaksud menjelekkan sistem atau manajemen yang ada tetapi saya lebih menitik beratkan bahwa banyak diantara kita mungkin saya juga termasuk di dalamnya seperti "katak dalam tempurung". Kenapa saya bisa berbicara seperti itu? Walaupun saya baru bergabung beberapa minggu tapi dengan sangat jelas bahwa seluruh apa yang kita kerjakan baik secara individu maupun organisasi tertinggal sangat jauh dari kompetitor. Jika saya bandingkan dengan perusahaan saya sebelumnya, perusahaan saya tertinggal sekitar 15-20 tahun dari semua sisi. Untuk lebih mudahnya coba saya berikan contoh dari segi pengelolaan informasi teknologi. Sistem informasi yang dimiliki tidak dimanfaatkan secara optimal, sekali lagi saya tekankan bahwa bukan berniat menjelekkan tapi sudah dibeli mahal sistemnya dikarenakan SDM nya tidak mau belajar agar pekerjaan lebih efektif dan efisien maka sisa-sisa sistem yang telah dibeli itu.
Contoh lain adalah adanya gap yang cukup jauh antara pekerja. Gap yang saya maksud disini adalah dari segi transfer knowledge. Selama di swasta transfer knowledge/mentoring/buddy sistem diterapkan secara baik untuk menjamin agar pekerja yang baru bergabung dapat langsng tune in dalam setiap pekerjaan. Apa yang mereka kerjakan, bagaimana cara pengerjaan tertulis serta diberikan petunjuk jelas. Tidak ada namanya senior-junior karena para pekerja beranggapan bahwa kita adalah rekan jika satu jelek maka semuanya dalam satu sistem jelek. Selain itu setiap pekerja beranggapan bahwa pekerja baru harus diberikan pengetahuan seluruhnya tanpa ada yang ditutupi karena mungkin pekerja baru ini disiapkan untuk menggantikan posisi mereka. Berbeda dengan apa yang saya liat disini, ada perasaan ingin menjadi yang terhebat di mata atasan sehingga apa yang dia tahu akan disimpan sendiri. Hal tersebut seringkali menjadi bencana ketika orang tersebut pindah dan tidak melakukan transfer knowledge yang baik. Orang baru akan memulai dari awal untuk mengerjakan apa yang menjadi tugas dia. Disisi lain saya melihat manajemen seperti tidak berkutik dalam hal ini dan diperparah dengan sikap senioritas yang sangat tinggi dalam tubuh perusahaan. Seberapa pun hebat dan cemerlangnya kita dalam mengajukan ide untuk menjadikan pekerjaan lebih efisien dan efektif akan mental juga kalau sikap senioritas dipelihara. Terkadang banyak beberapa posisi jabatan yang terpilih bukan karena kompetensi tapi karena waktu kerja yang sudah cukup lama dan anda sudah layak untuk posisi tersebut.
Hal lain yang menjadi perhatian saya adalah tentang tenaga kontrak/outsourcing. Rata-rata tenaga kontrak sudah bekerja sangat lama dan belum mendapat kesempatan menjadi pegawai tetap dikarenakan beberapa faktor antara lain umur dan tingkat pendidikan. Secara jujur harus saya akui dalam sisi praktek di lapangan saya harus percaya bahwa para pekerja kontrak lebih paham. Hal tersebut menjadi sebuah kewajaran karena selama ini merekalah yang bertanggung jawab dalam pekerjaan itu. Bagi pekerja baru seperti saya menjadi suatu pengalaman tersendiri ketika kita bertanya mengenai pekerjaan yang ada di lapangan dan para pekerja kontrak menjawab dengan sedikit menyindir "kan pendidikan bapak lebih tinggi dari saya masak bapak tidak tahu". Terkadang saya cuma bisa berpura-pura senyun untuk mengurangi kegondokkan hati. Ketidakjelasan job desk juga menjadi permasalahan tersendiri bagi setiap pegawai. Terkadang pegawai merasa mereka dianggap sebagai superman yang dapat mengerjakan semuanya. Kurangny sosialisasi mengenai batasan pekerjaan antar individu menyebabkan tumpang tindih pekerjaan. Yang mungkin lebih membuat saya heran adalah visi misi perusahaan yang terkesan dibuat seadanya sehingga dapat berubah dengan cepat. Penyusunan visi dan misi yang tidak firm juga dapat mengakibatkan kebingungan bagi para pekerja di level bawah. Tingkat produktifitas pekerja juga menjadi poin penting yang saya amati. Lebih banyak menanyakan apa yang perusahaan beri bagi saya bukan sebaliknya. Tidak bisa dipungkiri bahwa sifat dasar manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Menurut saya jika dikorelasikan dengan pekerjaan pemenuhan kebutuhan pokok akan berbanding lurus dengan prestasi yang bisa berikan kepada perusahaan. Akhirnya jika kita memang sudah terlahir sebagai berlian terus asahlah berlian itu meski diletakkan di gelap/buruknya tempat berlian adalah tetap berlian yang bernilai sangat tinggi. Jagalah profesionalitas karena itu yang akan kita bawa sampai akhir hayat.
Demi Tuhan, Negara dan Keluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H