ASEAN harus segera berkemas. Hiruk pikuk ekonomi dunia kian menimbulkan cemas. Dominasi dolar AS di pasar perdagangan dunia terlalu votil untuk dijadikan patokan satu-satunya. Maka itu, perlu ada gebrakan baru agar ASEAN terbebas dari rengkuhan dolar.
Berkaca dari Uni Eropa, ASEAN sebenarnya bisa mengintegrasikan negara-negara di kawasan dalam satu mata uang. Namun, alih-alih membuat mata uang baru, ASEAN memilih jalan lain.
Dalam momentum presidensi G20 Indonesia, ASEAN-5 sepakat untuk mengembangkan kerja sama Regional Payment Connectivity (RPC) dengan implementasi penggunaan QR Code cross border. Misi ini pun dikuatkan dengan peran Indonesia dalam keketuaan ASEAN 2023 sehingga nantinya RPC akan terus diekspansi hingga menyasar seluruh anggota ASEAN.
Dengan ASEAN QR cross border, kerjasama bilateral antarnegara terjalin lebih efektif, inklusi ekonomi kian melejit, dan penguatan stabilitas ekonomi di Kawasan ASEAN niscaya terwujud.
***
Urgensi Konektivitas Sistem Pembayaran ASEAN
"Kita ini kok bergantung sekali pada dolar. Kasian para eksportir itu. Ketika ekspor apapun, mereka selalu harus konversi mata uang ke dolar. Mengapa tidak mengonversikan rupiah langsung ke dalam mata uang lokal negara tujuan saja?"
Pernyataan Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies itu memang benar. Sudah terlalu lama Indonesia dan negara kawasan bergantung pada dolar (dalam hal ini suku bunga The Fed selaku bank sentral Amerika) dalam menjalankan roda ekonomi di lintas internasional.
Padahal dengan melulu bertumpu pada dolar, mata uang lokal jadi melemah. Mau tak mau, Indonesia sebaiknya meninggalkan dolar agar stabilitas nilai tukar rupiah terjaga. Oleh karenanya, momentum presidensi G20 dan KTT ASEAN 2023 digunakan Indonesia untuk mendorong negara-negara kawasan melakukan dedolarisasi dan menerapkan kebijakan Local Currency Settlement (LCS) atau transaksi perdagangan dengan mata uang lokal.
Dengan diversifikasi mata uang ini, aktivitas ekspor-impor jadi lebih mudah dan murah karena konversi mata uang masing-masing negara ke dolar AS menjadi tidak perlu. Selain itu, LCS terbukti mampu mengurangi risiko finansial, meningkatkan nilai mata uang lokal, serta mendorong pemulihan ekonomi. Dengan demikian, hubungan dagang dan stabilitas ekonomi di kawasan ASEAN mampu terjaga dari gempuran situasi global yang tak pasti.