Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Produk Telekomunikasi, Mengkhawatirkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa tahun terakhir ini masyarakat sedang disuguhi dengan bermacam-macam iklan mengenai produk telekomunikasi.  Fenomena ini mengundang perhatian khalayak karena selain meyuguhkan iklan yang menarik, provider juga menyuguhkan harga yang menggiurkan. Fenomena ini merebak sejak adanya kabar bahwa provider di Indonesia menerapkan tarif terlalu mahal. Tarif SMS yang seharusnya hanya Rp 80,00 per SMS ditetapkan hingga Rp 350,00 per SMS.

Akibatnya, provider yang semula menerapkan tarif tinggi langsung memberikan promosi bahkan pergantian tarif. Hal ini memunculkan persaingan tarif antar provider. Semula provider hanya menerapkan tarif rendah untuk pengguna provider yang sama. Namun kini terjadi perang tarif karena provider yang hanya menerapkan tarif rendah untuk sesama juga disaingi oleh provider yang berani memberikan tarif rendah untuk semua provider (operator).

Fenomena ini sekilas terlihat menguntungkan. Para penyedia jasa telekomunikasi bersaing dan berlomba-lomba memberikan tarif terendan bagi masyarakat. Bahkan media pun mendapatkan keuntungan dari maraknya persaingan iklan tersebut. Media bahkan para biro iklan dan percetakan memang menjadi kaya namun Yogyakarta menjadi sumpek dengan adanya baliho hampir disetiap sudut kota. Iklan di televise yang semakin hari semakin menarik juga membuat masyarakat tidak memiliki loyalitas pada suatu provider.

Adanya perang tarif menyebabkan orang berganti-ganti nomor karena tergiur dengan harga yang ditawarkan. Namun dibalik gemerlap iklan yang selalu ditampilkan, ada gejala-gejala yang mengkhawatirkan. Maraknya perang tarif ini harus disertai dengan kewaspadaan dari masyarakat. Harus teliti sebelum membeli, dikhawatirkan masyarakat telah "termakan" oleh iklan yang ditampilkan. Hampir semua provider mengecoh masyarakat dengan harga yang sangat murah, ternyata itu hanyalah tarif promo.

Selain itu, belum lama ini saya mengalami kekecewaan terhadap salah satu provider. Saya sangat terganggu jika terjadi gangguan jaringan. Saya mengirim SMS sebanyak empat kali dan semua dinyatakan gagal dalam laporan. Namun ternyata, SMS tersebut telah diterima oleh teman saya sebanyak empat kali juga. Kemudian saat cek pulsa ternyata telah berkurang sebanyak empat kali SMS.

Fenomena mengecewakan macam apa ini? Kekhawatiran akan dampak dari maraknya perang tarif semakin lama semakin menjadi. Masyarakat "diiming-imingi" harga murah tetapi ditipu oleh fasilitas yang tidak memuaskan. Kini masyarakat lebih membutuhkan kepuasan daripada harga murah. Sudah waktunya produsen mengerti kebutuhan dan kemauan konsumen. Bukan hanya sekedar mengejar angka penjualan namun juga mengutamakan kebutuhan utama konsumen, yaitu kepuasan terhadap produk yang telah dibelinya. Dengan begitu maka masyarakat akan selalu setia dengan produk yang telah dipakainya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline