Lihat ke Halaman Asli

yulia anna

Karyawan swasta dan hobby menulis

Kesan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya?

Diperbarui: 25 Mei 2020   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

goodnewsfromindonesia.id

Marhaban Ya Ramadhan. Lebaran tiba dan kemenangan setelah satu bulan menjalani puasa telah kita raih. Kembali fitrah dan memulai lembaran baru dengan satu semangat memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

Lebaran tiba, itu artinya kita sudah bebas makan dan minum lagi. Mengunjungi saudara sebagai bentuk menyambung tali silaturrahmi. Dan yang pasti mencicipi setiap makanan yang dihidangkan. Meski terkadang, saat kue-kue lebaran terpampang nyata didepan mata sama dengan hidangan saudara yang lain. Bosan juga kan untuk mencicipinya.

Mendatangi saudara, ada rasa bahagia yangmenyelimuti hati. Saling bertanya kabar diselingi dengan lirikan mata dari ujung meja ke ujung meja yang lain. Dalam hati bicara, "Ehm, kue mana yang mau diambil ya?"

Malu sih kalau isi hati ketahuan yang punya rumah. Meski tuan rumahnya adalah saudara sendiri, tapi sebagai tamu rasanya perlu juga menjaga wibawa, melirik toples berisi kue sekilas-sekilas saja.Yah, sedikit jaga image lah.

Kesan pertama saat tatapan mata tertuju pada satu toples kue Nastar, terbayang rasa selai Nanas didalamnya. Kesan kedua tertuju pada toples kue disebelahnya. Pun terbayang kue Kacang Kering plus coklat, ehm itu kesukaan saya.

Mata beralih pada toples ketiga. Dan dalam hatipun berbicara lagi "Kacang Bawang yang pasti gurih" dan bikin ketagihan. 3 toples terlewati dengan bayangan rasa yang berbeda dan puas saat mencicipinya. Kalau boleh diberi skor, saya akan beri skor 10 dengan skala 1-10 setelah menikmatinya.

Melihat toples tertata rapi diatas meja ditambah lagi dengan biscuit dalam kemasan apik dan terlihat brand satu produk terkenal. Pasti didalamnya begitu nikmat dengan sensasi rasa yang pasti enak. Lama tak makan kue itu. Agak mahal sih.

Tidak semua rumah akan didapati biscuit itu. Apalagi dalam keluarga saya, kue lebaran yang tersedia dirumah cukup dari bahan ekonomis yang selalu bisa dibuat sendiri. Alasannya sih lebih murah biaya produksinya. Meskipun terkadang dalam hati bicara lagi "Kue itu lagi, kue itu lagi".

Dan moment itu tiba. Om dan Tante pemilik rumah mempersilahkan kami sebagai tamu untuk mencicipi kue yang dihidangkan. Dan, mata saya langsung tertuju pada biscuit itu. Eits, tutupnya belum dibuka. Dan seolah Si Tante mendenga bisikan hati saya.

"Nah ini. Ayo dimakan, tidak usah sungkan." Ucap Tante sambil mengambil dan pandangannya mengarah pada daya.

"Iya Tante." Dalam hati berbunga-bunga karena pas sesuai pilihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline