Lihat ke Halaman Asli

Ini Bukan Tahun 45

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tempat sampah itu masih bau darah Anyir mengalir menghujam rintih sesak Jelaga bekas pembakaran masih menyengat... hangat.... Menyerak bekas sandal jepit penuh lumpur kenistaan . Satu jam yang lalu... Terpaku... tersalib dalam haru biru

Telinga tertutup rapat

Nurai bergetar hebat

Tak terlihatpun satupersatu jiwa-jiwa malang berkelebat

Masih terus terjadi...

Lelah...keputusasaan...ketidakberdayaan...ketidakadilan...

.

Ini bukan tahun empat lima

Dimana darah sangat berharga

Ini bukan tahun empat lima

Dimana peluh diharagai dengan tepuk tangan keras berbangga

.

Ironis memang...

Berpuluh tahun menyebut diri merdeka

Namun tetes tangis rakyat jelata masih mengubang di aspal jalan raya

Kemunafikan menjadi baju istimewa

Harta dan tahta menjadi berhala

Keserakahan menjadi jubah yang membuatnya bangga

Lambang kesuksesan, katanya...

.

Masih kita bermimpi ??

Negeri yang aman makmur loh jinawi

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan keadilan bagi seluruh rakyat

Berdiri tegak dan berteriak

Adigang... Adigung... Adiguno




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline