Lihat ke Halaman Asli

Wahyudi Hari Siswanto

CEO WHS Corpora

Kata Siapa Mengurangi Asap Rokok akan Membuat Orang Kurang Gaul?

Diperbarui: 1 Mei 2018   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: santrigaul.net


Dunia memang gencar meningkatkan kampanye anti rokok. Bahkan di beberapa negara cara-cara khusus ditempuh untuk menekan jumlah perokok. Mulai dari membatasi produksi hingga terkait dengan desain kemasan rokok yang dilarang menampilkan merek secara terang-terangan. Hal ini semata-mata untuk mengurangi jumlah perokok sekaligus meningkatkan faktor kesehatan masyarakat sebuah bangsa.

Di Indonesia sendiri pembatasan penggunaan tembakau bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Pasalnya, tembakau sudah sangat lekat dengan keseharian masyarakat. Bahkan sudah berabad-abad, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil tembakau kelas dunia. 

Dan oleh karena itu, sudah menjadi sebuah kewajaran bagi banyak orang di pelbagai kalangan untuk menjadikan rokok sebagai alasan untuk pergaulan. Tak pelak, ketika seseorang hendak berhenti merokok, sedangkan dia hidup dilingkungan perokok ada kesan sungkan atau keenganan tersendiri untuk ini. Padahal, terdapat sebuah penelitian yang dilakukan Megan E Piper, peneliti dari Pusat Penelitian dan Intervensi Tembakau di University of Wisconsin-Madison berpendapat berbeda.

Dilansir dari cantik.tempo.co, penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek terhadap 691 perokok yang sedang dalam uji untuk menghentikan kebiasaan merokok. Selanjutnya, dilakukan uji tes kimiawi terhadap para subjek tersebut, dan hasilnya diketemukan, bahwa dalam tiga tahun pengamatan untuk penelitian tersebut, para subjek penelitian yang sukses berhenti merokok mengalami pergeseran kualitas interaksi sosial. 

Megan menambahkan,"bahwa suksesnya seorang perokok sehingga malah semakin meningkat pada aspek kehidupan sosialnya, kebanyakan juga dipicu karena pandangan masyarakat global terhadap tembakau".

Di Indonesia sendiri juga terjadi fenomena yang sama. Seorang perokok juga tidak lagi dianggap keren. Karenanya, kini juga sudah banyak orang Indonesia yang bergeser dari perokok menjadi bukan perokok, karena terkait dengan stigma sosial tersebut. Tentu saja berhenti merokok, adalah hal yang perlu komitmen tinggi. Selain itu, orang juga dituntut untuk fokus sehingga tidak kembali tergoda merokok.

Salah satu cara terbaik berhenti merokok adalah dengan mengurangi volume jumlah rokok perbatang yang dihisap tiap harinya. Juga memilih rokok dengan residu aroma asap yang lebih sedikit. Bau dari asap rokok yang berkurang akan membantu orang untuk fokus dalam terapi berhenti merokok.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline